Pengajuan Administrasi dan Bebas Pustaka dapat dilakukan dengan mengklik tautan berikut : Pengajuan Administrasi

Pilih Bahasa:  

ID | EN | SU

Koleksi Repository Universitas Padjadjaran

Belum Login

untuk dapat mengakses full silahkan login menggunakan Email Unpad!

MEKANISME ANTI ULSER LAMBUNG EKSTRAK KITIN DAN SERBUK CANGKANG RAJUNG...

Perpustakaan Universitas Padjadjaran

Kata Kunci

kitin, mikroskopis, ulser lambung, NF-κB p65, toksisitas akut.

MEKANISME ANTI ULSER LAMBUNG EKSTRAK KITIN DAN SERBUK CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linn.) MELALUI PENGHAMBATAN NF-κB p65 PADA LAMBUNG TIKUS YANG DIINDUKSI ETANOL SERTA TOKSISITAS AKUT EKSTR

Belum ada Data - 260130190041

Fakultas Farmasi

Abstrak:

Penyakit ulser lambung atau peptic ulcer desease (PUD) adalah lesi pada lapisan mukosa lambung yang disebabkan oleh kerja pepsin, asam lambung, dan faktor lainnya. Terdapat peningkatan prevalensi PUD sebesar 25,82% dari tahun 1990 hingga tahun 2019. Eradikasi dalam mengatasi PUD telah banyak dilakukan dengan menggunakan obat sintesik. Namun obat sintesik dapat menyebabkan efek samping apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang atau diberi dalam dosis besar. Kitin dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, produksinya diperoleh dari golongan krustasea. Dalam beberapa penelitian, kitin mampu berefek sebagai penyembuh luka dan pencegah ulser lambung. Pada umumnya kitin yang diuji merupakan kitin hasil ekstraksi dari pelarut konvensional seperti HCl dan NaOH. Pada penelitan ini, dilakukan ekstraksi kitin dari cangkang rajungan menggunakan pelarut ramah lingkungan, natural deep eutectic solvents (NADES), yaitu campuran kolin klorida dan asam malat dengan perbandingan molaritas (1:1) memiliki rendemen sebesar 35,43%. Ekstraksi dilakukan dua kali untuk mengurangi kandungan abu di dalam ekstrak. Pengujian jenis isomer ekstrak kitin telah dilakukan dengan fourier transform infrared (FTIR). Beberapa pita yang terbentuk dari ekstrak kitin adalah adanya puncak di bilangan gelombang 1100 cm-1 (C-O alifatik); 1380 cm-1 (C-N stretch); 1600 cm-1 (C=O stretch); 2890-2968 cm-1 (C-H alkil); and 3400-3550 cm-1 (OH alkohol). Pita yang terdapat pada bilangan gelombang 2900 cm-1 biasanya digunakan sebagai referensi pita dalam menganalisis kitin. Berdasarkan hasil FTIR terdapat adanya puncak tak terbagi gugus amida I di bilangan gelombang 1620 cm-1 yang menunjukkan jenis isomer kitin yang didapat adalah β-kitin. Uji proksimat yang dilakukan meliputi kadar air, kadar lipid, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat. Metode pengujian kadar abu, kadar air kadar protein, kadar lipid berdasarkan SNI 01-2891:1992. Penentuan kadar karbohidrat dengan metode by difference. Kadar air dan abu dari ekstrak kitin secara berturut turut 1,93% dan 30,61% dengan syarat kadar air dan abu menurut SNI secara berturut-turut adalah 12% dan 5%. Dapat disimpulkan kadar abu dari ekstrak kitin tidak memenuhi persyaratan SNI. Sedangkan kadar logam diuji dengan Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Kadar logam ekstrak kitin yang disyaratkan SNI meliputi As dan Pb. Kadar As dan Pb ekstrak kitin keduanya adalah < 0,0001 mg/kg dan syarat SNI maksimal keduanya adalah 5 mg/kg. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak kitin memenuhi syarat logam. Aktivitas anti ulser lambung telah dilakukan dengan metode in vivo dimana induksi ulser diberikan setelah pemberian sampel. Mekanisme penghambatan protein NF-κB p65 diujikan menggunakan metode western blot. Dosis ekstrak kitin yang digunakan pada uji anti ulser lambung adalah 150, 300, dan 600 mg/kgBB sedangkan dosis serbuk cangkang rajungan yang digunakan adalah 500 dan 1000 mg/kgBB. Dari hasil pengujian, semua kelompok perlakuan mampu menurunkan indeks ulser lambung dibandingkan kelompok kontrol negatif. Kelompok ekstrak kitin 600 mg/kgBB merupakan kelompok yang memiliki indeks ulser lambung (1,08±0,77%) paling mendekati kelompok normal (0,06±0,06%) dibanding kelompok perlakuan lain. Hasil uji mikroskopik organ lambung menunjukkaan kelompok ekstrak kitin 150 mg/kgBB adalah kelompok yang paling mendekati kelompok normal baik dilihat dari parameter kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan pengujian ekspresi protein NF-κB p65, terlihat bahwa kelompok ekstrak kitin 600 mg/kgBB memiliki kemampuan menghambat ekspresi NFκB p65 paling kuat dengan nilai rasio relatif NF-κB p65 (0,188±0,114) lebih baik dibanding kelompok normal (0,366±0,208). Toksisitas akut diujikan pada ekstrak kitin dengan prosedur yang telah disesuaikan pedoman BPOM. Dosis ekstrak kitin yang digunakan pada uji toksisitas meliputi 500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 mg/kgBB. Hasil uji toksisitas akut menunjukkan persentase relatif berat organ (lambung, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru) semua kelompok secara statistik tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Jumlah sel normal pada dosis ekstrak kitin 6000 mg/kgBB pada semua organ mengalami penurunan yang signifikan dibanding kelompok kontrol, hal ini diikuti peningkatan jumlah sel yang mengalami nekrosis Berdasarkan data yang dihasilkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kitin dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pengobatan ulser lambung. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan guna memaksimalkan kemampuan kitin sebagai anti ulser lambung.

Berkas

Nama BerkasAkses Berkas
Cover
Download
Abstrak
Download
Daftar Isi
Download
Bab 1
Download
Bab 2

Anda tidak memiliki Akses

Bab 3

Anda tidak memiliki Akses

Bab 4

Anda tidak memiliki Akses

Bab 5

Anda tidak memiliki Akses

Bab 6

File tidak tersedia

Lampiran

Anda tidak memiliki Akses

Daftar Pustaka
Download
Full Text

File tidak tersedia

Metadata

MEKANISME ANTI ULSER LAMBUNG EKSTRAK KITIN DAN SERBUK CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linn.) MELALUI PENGHAMBATAN NF-&#954;B p65 PADA LAMBUNG TIKUS YANG DIINDUKSI ETANOL SERTA TOKSISITAS AKUT EKSTR

Penyakit ulser lambung atau peptic ulcer desease (PUD) adalah lesi pada lapisan mukosa lambung yang disebabkan oleh kerja pepsin, asam lambung, dan faktor lainnya. Terdapat peningkatan prevalensi PUD sebesar 25,82% dari tahun 1990 hingga tahun 2019. Eradikasi dalam mengatasi PUD telah banyak dilakukan dengan menggunakan obat sintesik. Namun obat sintesik dapat menyebabkan efek samping apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang atau diberi dalam dosis besar. Kitin dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, produksinya diperoleh dari golongan krustasea. Dalam beberapa penelitian, kitin mampu berefek sebagai penyembuh luka dan pencegah ulser lambung. Pada umumnya kitin yang diuji merupakan kitin hasil ekstraksi dari pelarut konvensional seperti HCl dan NaOH. Pada penelitan ini, dilakukan ekstraksi kitin dari cangkang rajungan menggunakan pelarut ramah lingkungan, natural deep eutectic solvents (NADES), yaitu campuran kolin klorida dan asam malat dengan perbandingan molaritas (1:1) memiliki rendemen sebesar 35,43%. Ekstraksi dilakukan dua kali untuk mengurangi kandungan abu di dalam ekstrak. Pengujian jenis isomer ekstrak kitin telah dilakukan dengan fourier transform infrared (FTIR). Beberapa pita yang terbentuk dari ekstrak kitin adalah adanya puncak di bilangan gelombang 1100 cm-1 (C-O alifatik); 1380 cm-1 (C-N stretch); 1600 cm-1 (C=O stretch); 2890-2968 cm-1 (C-H alkil); and 3400-3550 cm-1 (OH alkohol). Pita yang terdapat pada bilangan gelombang 2900 cm-1 biasanya digunakan sebagai referensi pita dalam menganalisis kitin. Berdasarkan hasil FTIR terdapat adanya puncak tak terbagi gugus amida I di bilangan gelombang 1620 cm-1 yang menunjukkan jenis isomer kitin yang didapat adalah &#946;-kitin. Uji proksimat yang dilakukan meliputi kadar air, kadar lipid, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat. Metode pengujian kadar abu, kadar air kadar protein, kadar lipid berdasarkan SNI 01-2891:1992. Penentuan kadar karbohidrat dengan metode by difference. Kadar air dan abu dari ekstrak kitin secara berturut turut 1,93% dan 30,61% dengan syarat kadar air dan abu menurut SNI secara berturut-turut adalah 12% dan 5%. Dapat disimpulkan kadar abu dari ekstrak kitin tidak memenuhi persyaratan SNI. Sedangkan kadar logam diuji dengan Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Kadar logam ekstrak kitin yang disyaratkan SNI meliputi As dan Pb. Kadar As dan Pb ekstrak kitin keduanya adalah < 0,0001 mg/kg dan syarat SNI maksimal keduanya adalah 5 mg/kg. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak kitin memenuhi syarat logam. Aktivitas anti ulser lambung telah dilakukan dengan metode in vivo dimana induksi ulser diberikan setelah pemberian sampel. Mekanisme penghambatan protein NF-&#954;B p65 diujikan menggunakan metode western blot. Dosis ekstrak kitin yang digunakan pada uji anti ulser lambung adalah 150, 300, dan 600 mg/kgBB sedangkan dosis serbuk cangkang rajungan yang digunakan adalah 500 dan 1000 mg/kgBB. Dari hasil pengujian, semua kelompok perlakuan mampu menurunkan indeks ulser lambung dibandingkan kelompok kontrol negatif. Kelompok ekstrak kitin 600 mg/kgBB merupakan kelompok yang memiliki indeks ulser lambung (1,08&plusmn;0,77%) paling mendekati kelompok normal (0,06&plusmn;0,06%) dibanding kelompok perlakuan lain. Hasil uji mikroskopik organ lambung menunjukkaan kelompok ekstrak kitin 150 mg/kgBB adalah kelompok yang paling mendekati kelompok normal baik dilihat dari parameter kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan pengujian ekspresi protein NF-&#954;B p65, terlihat bahwa kelompok ekstrak kitin 600 mg/kgBB memiliki kemampuan menghambat ekspresi NF&#954;B p65 paling kuat dengan nilai rasio relatif NF-&#954;B p65 (0,188&plusmn;0,114) lebih baik dibanding kelompok normal (0,366&plusmn;0,208). Toksisitas akut diujikan pada ekstrak kitin dengan prosedur yang telah disesuaikan pedoman BPOM. Dosis ekstrak kitin yang digunakan pada uji toksisitas meliputi 500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 mg/kgBB. Hasil uji toksisitas akut menunjukkan persentase relatif berat organ (lambung, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru) semua kelompok secara statistik tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Jumlah sel normal pada dosis ekstrak kitin 6000 mg/kgBB pada semua organ mengalami penurunan yang signifikan dibanding kelompok kontrol, hal ini diikuti peningkatan jumlah sel yang mengalami nekrosis Berdasarkan data yang dihasilkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kitin dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pengobatan ulser lambung. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan guna memaksimalkan kemampuan kitin sebagai anti ulser lambung.

Indonesia

kitin, mikroskopis, ulser lambung, NF-&#954;B p65, toksisitas akut.

Tue Oct 25 2022 23:14:51 GMT+0000 (Coordinated Universal Time)

false

Belum Ada Data

Cite this paper

APA Style

Tidak dapat membuat sitasi

Perlu Bantuan ?

Hubungi kami melalui Email, Whatsapp atau Media Sosial.