Text
KONFLIK SOSIAL ANTARA PENGEMUDI TRANSPORTASI KONVENSIONAL DENGAN TRANSPORTASl ONLINEDI KOTA BANDUNG
Saat ini, transportasi yang sedang menjadi trend di kalangan masyarakat kota
Bandung adalah transportasi berbasis online yang menggunakan aplikasi yang
dinamakan uber dan grab car ataupun go-jek. Aplikasi tersebut cukup untuk
menarik perhatian pengguna jasa dibandingkan dengan transportasi umum
lainnya. Kemajuan layanan transportasi berbasis online ternyata memiliki dua sisi.
Satu sisi menawarkan kemudahan dalam akses yang dituju dan keterjangkauan
harga. Sisi lain, kehadiran transportasi berbasis online juga rawan memicu konflik
sosial yang mengarah pada aksi intimidasi hingga pad a aksi kekerasan yang
menimbulkan korban. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana proses konflik dan penyebab konflik di kota Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa konflik terjadi berawal dari peralihan penggunaan jasa
transportasi konvensional menjadi transportasi online yang mengakibatkan
penurunan pendapatan secara signifikan pada supir ojek pangkalan, angkutan kota
dan supir taksi konvensional. Terdapat dua bentuk konflik yang terjadi diantara
pengemudi transportasi yaitu konflik realistis dan non realistis. Fungsionalitas
konflik ditunjukan dengan adanya wadah atau organisasi yang dibuat dalam
membangun solidaritas diantara pengemudi transportasi baik konvensional
maupun online yang bertujuan untuk mengatasi konflik yang ada. Sedangkan
katup penyelamat ditunjukan dengan adanya Pemenhub 32 tahun 2016 serta 26
tahun 2017. Konflik baru bisa diminimalisir setelah dikeluarkannya Pennenhub
108 tahun 2017. Penyebab konflik yaitu berupa perebutan sumber ekonomi
(penumpang) yang bersifat terbatas, kurangnya komunikasi dan koordinasi
diantara pengemudi transportasi konvensional dan online di kota Bandung,
keterlambatan pemerintah dalam membuat regulasi yang jelas terhadap aturan
perizinan jalan transportasi on/ine juga ketidaktegasan pemerintah dalam
menangani konflik yang terjadi serta tidak adanya tindakan ataupun solusi
terhadap pennasalahan yang terjadi dari pihak manajement transportasi online.
Hasil penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut dalam sosiologi konflik
dengan menggunakan paradigma resolusi konflik yang bertujuan melihat sejauh
mana konflik yang terjadi diantara pengemudi transportasi dapat teratasi secara
komprehensif mengingat eskalasi konflik masih bisa terjadi tanpa adanya solusi
yang bersifat menyeluruh.
No copy data
No other version available