Text
KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN SEQUENTIALLY PLANNED INTEGRATIVE COUNSELLING FOR CHILDREN (SPICC) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PADA ANAK KORBAN PERUNDUNGAN
KARINA DEW ANTI SHAFW AN. Konseliag Kelompok Dengan Pendekatan
Sequentially Planned Integrative Counselling For Children Untuk Meningkatkan
Resiliensi Pada Anak Korban Perundungan.
Pembimbing : Dr. Poeti Joefiani, M. Si, Psikolog dan Laila Qodariah, S. Psi, M. Psi,
Psikolog.
Bullying atau yang saat ini sudah dikenal dengan istilah perundungan adalah suatu
tindakan negatif dari satu atau banyak orang terhadap orang lain secara berulang, disengaja
dan orang yang mendapatkan tindakan tersebut tidak mampu melakukan perlawanan terhadap
pelakunya (Olweus, 1993). Anak yang menjadi korban perundungan berpotensi untuk
mendapatkan beberapa dampak negatif baik secara fisik, psikologis ataupun sosial. Dari segi
sosial anak korban perundungan dapat terlihat sebagai anak yang menarik diri atau bahkan
menolak untuk sekolah (Grotberg, 2003). Hal tersebut menunjukkan bahwa anak kurang
mampu menghadapi dan mengatasi perundungan yang dialaminya. Dalam psikologi hal ini
dikenal dengan istilah resiliensi. Resiliensi dibentuk melalui tiga faktor yaitu I HA VE, I AM
dan I CAN. Melihat hal tersebut, anak korban perundungan perlu mendapatkan penanganan
untuk membantu dirinya bangkit dari keterpurukan yang dialami sebagai dampak
perundungan. Dalam penelitian ini, intervensi yang diberikan berupa konseling kelompok
dengan pendekatan Sequentially Planned Integrative Counselling For Children (SPICC).
SPICC adalah pendekatan dalam konseling anak yang menggunakan lima pendekatan besar
yang terintegrasi yaitu client centered, gestalt, narrative, cognitive behavioural dan
behavioural (Geldard, 2013).
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, studi 1 merupakan proses merancang modul
konseling kelompok dengan pendekatan SPICC dan pengujian valitditas rancangan
menggunakan expert review. Studi II adalah uji coba rancangan konseling kelompok dengan
menggunakan rancangan one group pretest posttest design. Alat ukur yang digunakan adalah
Olweus Bullying Questionnaire sebagai alat ukur dalam penjaringan partisipan dan alat ukur
resiliensi yang digunakan dalam asesmen sebelum dan sesudah pemberian konseling
kelompok. Pemberian intervensi diberikan kepada 2 anak korban perundungan berjenis
kelamin laki-Iaki berusia 10-12 tahun. Convergent parallel mixed method design digunakan
dalam pengolahan, analisis, pembahasan dan penarikan kesimpulan daripada penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan resiliensi
pada anak korban perundungan dari skor 124 menjadi 164 pada partisipan A dan skor 134
menjadi 191 pada partisipan M. Secara kualitatif, partisipan paling banyak terbantu dalam
meningkatkan penilaian positif terhadap diri mereka, disertai dengan munculnya pemahaman
bahwa mereka memiliki sumber daya lingkungan yang dapat membantu dan kemampuan
untuk bertindak dalam menghadapi situasi perundungan.
No copy data
No other version available