Text
Datif dalam bahasa jepang : kajian sintaktis dan sematis
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud nomina pada argumen
datif, kehadiran verba, peran semantis, dan kategori gramatikal dalam struktur
kalimat bahasa Jepang (BJ) secara sintaktis dan semantis. Teori-teori yang
dipergunakan dalam kajian ini adalah teori dari Givon (2001), Kindaichi (1976),
Tata Bahasa Kasus (Cook, 1979), Nitta (1967 & 1991), dan Sugai (2000).
Basil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Jenis nomina yang muncul
pada argumen datif adalah nomina konkret (gutaitekina mono) maupun nomina
abstrak (chuushootekina mono), (2) verba-verba yang dapat memunculkan
argumen datif dapat berupa (a) verba kontinuatif (keizoku doshi), yaitu verba
azukeru 'menitipkan', moratta 'telah menerima', kaite sashiageta 'telah
menuliskan', susumete kureta 'telah memberi menyarankan', okutte itadaita 'te1ah
menerima kiriman', karita 'telah meminjam', todoketa 'telah melaporkan',
arukaseta 'te1ah menyebabkan berjalan', wataraseta 'telah menyebabkan
menyeberang', yomaseta ' telah menyebabkan membaca', dan (b) verba pungtual
(shunkan doushi), yaitu verba katteshimatta 'sengaja membelikan', shokai shita
'telah memperkenalkan', kinshi shita 'telah melarang' , dan kubaru 'akan
membagikan', (3) peran semantis pada argumen datif dalam struktur kalimat
bahasa Jepang dapat berupa (a) peran agentif yang menyatakan makna sumber
atau asal, (b) peran benefaktif yang berupa makna pasien (untuk), sasaran
(kepada), (c) peran pengalami (experiencer), (d) peran objektif, serta (4) kategori
gramatikal pada argumen datif dapat berupa aspek perfektif (kanryousou) dan
aspek kontinuatif (keizokusou).
Salah satu ciri khas BJ dan ditemukan dalam data adalah struktur kalimat
pasif. Penggunaan pemarkah ni dan bukan menyatakan argumen datif, yang
bermakna pelaku (oleh). Hal itu diasumsikan dapat terjadi karena verba bentuk
pasif BJ, secara semantis makna inhern verba yang muncul menunjukkan
ketidaknyamanan, kesedihan atau mengganggu perasaan imeiwaku). Oleh karena
itu, bila verba tersebut diubah ke dalam bentuk kalimat aktif, makna gramatikal
kalimat tersebut menjadi berbeda. Jika pemarkah ni dalam struktur kalimat pasif
Bl menggunakan pemarkah 0 akusatif atau nominatif ga, akan mengubah makna
dan menjadi tidak berterima dalam BJ. Oleh karena itu padanan bahasa Indonesia
pun harus disesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. .
No copy data
No other version available