Text
PENGARUH PEMBERDAYAAN (EMPOWERING) KELOMPOK REMAJA AKHIR MELALUI PENDEKATAN PERENCANAAN KONTIJENSI DALAM MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN REMAJA TERHADAP ANCAMAN KEMATIAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN GARUT
Garut merupakan daerah paling rawan terhadap aneaman beneana alam di Indonesia
yang mengakibatkan korban luka-luka maupun korban jiwa. Belum terlihatnya sikap
proaktif individu dalam kesiapsiagaan beneana menambah aneaman kematian
terhadap kelompok rentan dimasyarakat, sehingga perlunya pemberdayaan kelompok
remaja yang berpotensi memiliki kesiapsiagaan terhadap aneaman kematian akibat
bencana serta dapat melakukan proses pendampingan terhadap kelompok rentan.
Proses perkembangan intelektual remaja menunjang remaja untuk memiliki resiliensi
yang baik terhadap beneana. pemberdayaan remaja dengan pelatihan melalui
pendekatan pereneanaan kontijensi sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan terhadap aneaman kematian akibat beneana.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberdayaan (empowering) kelompok
remaja akhir melalui pendekatan pereneanaan kontijensi dalam meningkatkan
kesiapsiagaan remaja terhadap aneaman kematian akibat beneana.
Penelitian menggunakan metoda quasi-experimental design dengan pendekatan
rancangan one group pre-post test design. Populasi penelitian merupakan pelajar
SMK diwilayah yang memiliki ancaman beneana. JumIah sampel sebanyak 33
responden dengan teknik proporsional random sampling dari 4 sekolah yang ada di
zona merah. Data dianalisis menggunakan, tendensi sentral untuk analisis univariat, t
test dependent dengan tingkat kepereayaan 95% untuk melihat pengaruh dari
intervensi, serta menggunakan uji regresi linier ganda untuk menganalisis faktor
mana yang paling berpengaruh terhadap kesiapsiagaan.
Terdapat pengaruh pemberdayaan melalui pendekatan pereneanaan kontijensi dapat
meningkatkan upaya kesiapsiagaan dengan nilai a (0.000). Peningkatan rerata
(36,67%) didapatkan pada faktor yang mengawali kesiapsiagaan, diantaranya dilihat
dari persepsi terhadap resiko, kewaspadaan terhadap ancaman, serta penurunan
kecemasan. Faktor tersebut menstimulasi terbentuknya niat melakukan kesiapsiagaan
dengan peningkatan (43,33%), bahkan meningkatkan upaya perencanaan
kesiapsiagaan belle ana sebesar (42,00%) sebelum dan setelah intervensi. Ketiga
faktor terse but saling berkaitan dan faktor pembentukan niat melakukan
kesiapsiagaan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesiapsiagaan
dengan nilai ~ (0,531)
Penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pemberdayaan melalui pendekatan
perencanaan kontijensi mampu meningkatkan kesiapsiagaan remaja akhir terhadap
ancaman kematian akibat beneana. Sehingga perlu kajian mengenai keberlangsungan
pendekatan ini seeara praktis oleh remaja serta apakah dapat menunjang dalam
sebuah sistem penanggulangan kegawatdaruratan terpadu.
No copy data
No other version available