Text
Makna Tindakan Polisi Bagi Korban Salah Tangkap di Poso
MAKNA TINDAKAN POLISI BAGI KORBAN SALAH T ANGKAP DJ POSO
(Studi Fenomeuologi Tentang Pemaknaan Korban Salah Tangkap Terbadap Tindakan
Polisi Yang Menganggap Mereka Sebagai Teroris di Poso Tabun 2012)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan korban
salah tangkap terhadap tindakan Polisi di Poso. Serta pengalaman komunikasi korban
pada saat interogasi di Pos Brimob Kalora dan di Mapolres Po so tahun 2012. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi Schutz, dimana
Schutz memusatkan perhatiannya pada cara orang memahami kesadaran orang lain.
dan teori pengelolaan makna, teori ini lebih mengarah pada bagaimana seseorang
menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, serta
bagaimana aturan tersebut dapat terjalin dalam setiap percakapan, dimana makna
senantiasa dikoordinasikan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif. Metode
yang dimaksud, untuk mengetahui makna yang tersirat dari fenomena dan
pengalaman yang dialami oleh Subjek Penelitian (korban salah tangkap), yaitu
pengalaman fisik dan pengalaman psikis. Untuk mendapatkan data di lapangan,
diperoleh dengan melakukan beberapa cara yaitu observasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kata-kata para
informan dalam hal ini para korban salah tangkap di Desa Kalora dan Desa
Tambarana.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tindakan Polisi terhadap informan salah
tangkap dimulai dari proses penangkapan, penentuan pelaku tindak pidana, sampai
pada interogasi di pos Brimob Kalora dan di Mapolres Poso, para inforrnan
memaknainya sebagai sebuah tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh aparat
kepolisian yang fungsi utamanya sebagai pengayom masyarakat. Karena dalam
penangkapan sampai interogasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian tersebut kepada
para informan, para inforrnan mengatakan adanya kekerasan dalam proses terse but.
pengalaman komunikasi yang dialami oleh para informan saat interogasipun, hampir
semua inforrnan mengatakan bahwa perilaku kepolisan saat itu sangat tidak
manusiawi dan bahkan ada informan yang mengatakan adanya indikasi penistaan
agama saat dirinya diinterogasi.
Simpulan bahwa tidak semua informan merasakan tindak kekerasan oleh pihak
kepolisian, dalam penenangkapan yang dilakukan oleh aparat kepolisian, para
informan semua memaknainya sebagai tindakan yang diluar dari prosedur
penangkapan. Sedangkana dalam pengalaman komunikasi informan ketika interogasi,
hanya sebagian saja yang mendapatkan tindakan kekerasan pengulangan dari pihak
kepolisian. Sehingga dengan demikian penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai
rujukan oleh pihak kepolisian untuk lebih memperbaiki atau melakukan pendekatan
dimasyarakat.
No copy data
No other version available