pengaruh Foot reflexology Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung
Prevalensi keluhan nyeri pada pasien kanker payudara masih tinggi yaitu
rata-rata 40-89%. Nyeri dialami pasien kanker payudara selama hidupnya dan
apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif terhadap kualitas
hidup. Terapi farmakologi yang diberikan beresiko menimbulkan efek samping
sehingga perlu ada terapi lain yang bisa meminimalisir penggunaan analgetik.
Foot reflexology dalam penelitian lain sudah dibuktikan dapat menurunkan
intensitas nyeri, namun tidak ada penelitian yang menjelaskan tentang durasi
intervensi yang disarankan dalam menurunkan nyeri, khususnya pada pasien
kanker payudara. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi pengaruh foot
reflexology terhadap intensitas nyeri pada pasien kanker payudara di RSVP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian quasi experimental ini menggunakan model one group time series
design dengan melibatkan 15 responden kanker payudara yang diambil secara
purposive sampling. Tiap responden mendapat foot reflexology sebanyak tiga kali
dalam waktu tiga hari, dimana titik refleksi yang dipijat adalah kelenjar pituitary,
area vertebrae, kelenjar tyroid, adrenal, payudara, difragma dan sistem limfatik.
Pijatan dilakukan selama 30 menit (15 menit tiap kaki) dengan masing-masing
titik refleksi diberikan pijatan 30x/detik. lntensitas nyeri diukur menggunakan
instrumen numeric rating scale sebelum dan setiap selesai perlakuan. Data yang
terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji beda (Friedman dan
Post Hoc Wilcoxon).
Basil penelitian menunjukkan karakteristik responden sebagian besar
berusia dewasa madya, berstatus sudah menikah, memiliki masalah dalam status
fmansial, pemah mengalami nyeri sebelumnya dan kurang dari setengahnya
stadium kanker III B. lntensitas nyeri setelah perlakuan ke-3 signifikan lebih
rendah dibandingkan dengan setelah perlakuan ke-2 (p-value = 0,0001), perlakuan
ke-l (p-value = 0,001) maupun sebelum perlakuan (p-value = 0,001). Selain itu
intensitas nyeri setelah perlakuan ke-2 signifikan lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan ke-l (p-value = 0,002), dan sebelum perlakuan (p-value =
0,0001).
Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh foot reflexology terhadap
penurunan intensitas nyeri terutama setelah perlakuan ke-2. Basil penelitian ini
menjadikanfoot reflexology penting sebagai bagian dalam pengelolaan nyeri non
farmakologi bagi pasien kanker payudara.
No copy data
No other version available