Rancangan Intervensi Penerimaan Diri (Self Acceptance) Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif di Malang Raya
RANCANGAN fNTERVENSI PENERIMAAN DIRT IBU RUMAH TANGGA DENGAN
HIV+ DI KOTAlKABUPATEN MALANG
Pada tahun 2013 penderita HIV/AIDS mulai bergeser dari kelompok rentan ke kelompok
berisiko rendah, seperti ibu rumah tangga dan bayi. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai
factor dengan sebagian besar para ibu rumah tangga tertular oleh suami yang suka ''jajan'' diluar
(pelanggan PSK). Alasan penularan tersebut menyebabkan tidak optimalnya ibu rumah tangga
dalam menerima keadaan diri dengan status baru sebagai ibu rumah tanga dengan HIV+ (IRT
ODHA).
Kurang dapat menerima keadaan diri berdampak pada psikis maupun kehidupan sosial
yang dijalaninya. Hasil pengambilan data awal menunjukan IRT ODHA yang menarik diri dari
lingkungan, percobaan bunuh diri, dan merasa tidak pantas lagi hidup. Atas dasar hal tersebut,
peneliti ingin mengetahui gambaran penerimaan diri IRT ODHA dengan melihat aspek-aspek
yang ada di dalarnnya.
Peneliti mengharapkan, dari hasil penelitian akan diketahui kebutuhan belajar yang
nantinya sebagai dasar pembuatan intervensi dalam rangka optimalisasi penerimaan diri IRT
ODHA. Peneliti menggunakan konsep dari Jersild (1976) menjelaskan bahwa seseorang yang
menerima dirinya adalah seseorang yang memiliki penilaian yang realistis,
memahami karakteristik dirinya dan mampu menerima kondisi yang ada dengan sesungguhnya
sehingga dapat menggunakan kemampuannya dalam berkehidupan sosial. Pendekatan penelitian
ini adalah non-eksperimental kuantitatif, dengan metode deskriptif.
Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan kuesioner mengenai penerimaan diri
yang dilakukan terhadap IRT ODHA khususnya yang tertular oleh suami di Kota/Kabupaten
Malang provinsi Jawa Timur yang diperoleh melalui metode snowball sampling. Observasi dan
wawancara dilakukan untuk mengamati perilaku subjek serta alasan kurang optimalnya
penerimaan diri dari masing-rnasing subjek.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 80% IRT ODHA memiliki skor penerimaan diri yang
rendah ditunjang oleh masing-rnasing aspek yang juga menunjukan prosentase yang sama yaitu
80% memiliki skor yang rendah. Hasil wawancara didapatkan bahwa mereka masih terpengaruh
oleh stigma negatifyang melekat pada ODHA sehingga mereka cenderung sulit untuk menilai diri
secara realistik karena tertutup dengan stigma negatif tersebut.
Berdasarkan hal tersebut disusunlah 2 rancangan intervensi dimana intervensi pertama
adalah modul Iangkah-langkah kegiatan yang disusun dalam beberapa pertemuan yang bertujuan
untuk optimalisasi penerimaan diri IRT ODHA, dan yang kedua adalah modul pelatihan training
of trainers yang diperuntukan bagi volunteer peduli HIV agar dapat memfasilitasi kegiatan, serta
mengevaluasi keberhasilan masing-masing kegiatan dalam rangka optimalisasi penerimaan diri
IRTODHA.
No copy data
No other version available