Model Pemanenan Air Hujan untuk Pengembangan Komplek Perumahan di Wilayah Kab. Bandung
Peningkatan kebutuhan air di tengah permasalahan air tanah akibat
ekploitasi yang berlebihan dan penurunan kualitas air permukaan akibat
peningkatan pencemaran akan mempengaruhi sistem pasokan air di masa yang
akan datang. Peningkatan lapisan tanah kedap air akibat maraknya pembangunan
perumahan pada akhirnya akan menyebabkan masalah pasokan air semakin parah
dan berpotensi meningkatkan kelangkaan air. Pemanenan air hujan (P AH) banyak
dipraktikkan di seluruh dunia sebagai solusi berkelanjutan dari permasalahan
pennasalahan air tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk merancang model sistem
PAH dan mensimulasikan kinerja hidrologi dan ekonominya yang dapat
membantu pengambilan keputusan dalam menerapkan teknologi P AH untuk
pengembangan perumahan di Kabupaten Bandung. Perancangan model P AH
dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data primer dan data sekunder
yang terdiri dari curah hujan bulanan, luas atap, kebutuhan air dan ukuran bak
penampung berdasarkan prinsip neraca massa. Kinerja hidrologi model RWH
disimulasikan dan diprediksi dengan menggunakan konsep reliabilitas, sedangkan
kinerja ekonomi disimulasikan dan diprediksi dengan menggunakan konsep NPV
dan payback period. Sementara i tu, pandangan atau pendapat masyarakat terhadap
penggunaan air hujan dan praktik pemanenan air huja secara umum diteliti dengan
menggunakan kuesioner.
Berdasarkan analisis data, ukuran bak penampung sistem P AH rumah tipe
29 diprediksi sebesar 23 m3 dan ukuran ini dapat menghasilkan reliabilitas air
sebesar 91,72 % per tahun. Ukuran bak penampung sistem PAH rumah tipe 36
diprediksi sebesar 25 m3 dan ukuran ini dapat menghasilkan reliabilitas air sebesar
88,70 % per tahun. Ukuran bak penampung sistem PAH rumah tipe 48 diprediksi
sebesar 27 m3 dan ukuran ini dapat menghasilkan reliabilitas air sebesar 96,99 %
per tahun. Semua sistem P AH yang dimodelkan dalam penelitian ini mempunyai
reliabilitas lebih besar dari 50 %, sehingga sistem-sistem P AH tersebut layak
secara hidrologi. NPV rancangan sistem PAH untuk tipe 29, 36, dan 48 bernilai
negatif, yaitu -Rp 83,53 juta, -Rp87,48 juta, dan -Rp97,97 juta secara berturut
turut dan payback period qfrancangan sistem PAH untuk rumah tipe 29, 36, dan
48 tidak dapat ditentukan, sehingga sistem-sistem P AH tersebut tidak layak secara
ekonomi. Masyarakat memandang air hujan sebagai sumber alternatif air bersih
yang dapat digunakan untuk keperluan selain air minum, seperti menyiram toilet,
mencuci pakaian, mencuci piring, mencuci kendaraan dan menyiram tanaman.
Selain itu,' masyarakat memandang bahwa untuk mendorong adopsi sistem P AH
dalam pengembangan perumahan perlu adanya subsidi. Besarnya subsidi
minimum yang rnemungkinkan NPV rancangan sistem pemanenan air hujan
dalam penelitian ini bernilai positif adalah 70% atau lebih.
No copy data
No other version available