27) pada LSAS. Intervensi dilakukan dengan menggunakan program software AAT yang dirancang menggunakan stimulus ekspresi emosi yang telah divalidasi. Partisipan dilatih untuk mendekati (approach) pada stimuli ekspresi emosi positif (senang) kemudian diukur menggunakan kuesioner LSAS sebelum, pada saat diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Studi dilakukan dengan metode eksperimental, yakni Pretest-postest Control Group Design. Hasil pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisa menggunakan Anova-Repeated Measurement. Analisa dilakukan untuk mengetabui pengaruh pemberian intervensi implisit melalui re-training AA T terhadap penurunan tingkat kecemasan sosial. Hasil analisis pre-test dan post-test menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test denganpost-test (Sig = 0.000 < a. = 0.05, Ho ditolak). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi implisit melalui re-training AA T berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan sosial pada remaja awal." />
Intervensi Kecemasan Sosial (Social Anxiety) Pada Remaja Awal Menggunakan Pendekatan Implisit-Approach Avoidance task (AAT)
Penelitian ini berjudul "intervensi kecemasan sosial pada remaja awal
menggunakan pendekatan implisit-Approach-Avoidance Task (AAT)".
Kecemasan sosial merupakan masalah psikologis yang cukup banyak dialami di
dunia, salah satunya oleh orang Indonesia. Sekitar 15.8% dari populasi Indonesia
mengalami kecemasan sosial. Penelitian yang terpublikasi terhadap intervensi
kecemasan sosial di Indonesia masih sangat minim. Intervensi yang popular untuk
menangani kecemasan sosial sampat saat ini adalah Cognitive- Behavioral
Therapy (CBT). Terapi ini memberikan hasil yang relatif permanen dan bertahan
lama. Namun, dalam terapi ini perlu adanya atensi dan pengetahuan yang spesifik
dari pasien terhadap situasi yang ditakutinya. Teori dual-process models
menyebutkan bahwa pada individu terjadi dua proses kognitif yang berbeda.
Pertama, proses asosiatif, dimana proses ini terjadi terjadi berlangsung secara
otomatis tanpa disadari. Proses ini dapat diukur dengan menggunakan pendekatan
implisit. Kedua, proses rule-based, dimana proses ini berlangsung dengan kontrol
kesadaran. Proses ini dapat diukur dengan menggunakan pendekatan eksplisit.
Peneliti mencoba mengembangkan alternatif penanganan kecemasan sosial
berdasarkan pendekatan implisit yang belum pernah dicobakan di Indonesia.
Pelaksanaan intervensi implisit menggunakan re-training Approach
Avoidance Task (AA T) dalam upaya membuat alternative intervensi pada proses
kognisi yang bersifat asosiatif implisit pada individu dengan kecemasan sosial
yang tinggi. Intervensi dilakukan pada remaja awal berusia 12-14 tahun yang
tergolong high social anxiety (HSA) berdasar pengukuran skor takut (>27) pada
LSAS. Intervensi dilakukan dengan menggunakan program software AAT yang
dirancang menggunakan stimulus ekspresi emosi yang telah divalidasi. Partisipan
dilatih untuk mendekati (approach) pada stimuli ekspresi emosi positif (senang)
kemudian diukur menggunakan kuesioner LSAS sebelum, pada saat diberikan
intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Studi dilakukan dengan metode
eksperimental, yakni Pretest-postest Control Group Design. Hasil pretest-posttest
pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisa menggunakan Anova-Repeated
Measurement. Analisa dilakukan untuk mengetabui pengaruh pemberian
intervensi implisit melalui re-training AA T terhadap penurunan tingkat
kecemasan sosial. Hasil analisis pre-test dan post-test menunjukkan bahwa pada
kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test
denganpost-test (Sig = 0.000 < a. = 0.05, Ho ditolak). Hal ini menunjukkan bahwa
intervensi implisit melalui re-training AA T berpengaruh terhadap penurunan
tingkat kecemasan sosial pada remaja awal.
No copy data
No other version available