Adaptasi Pengelolaan Keramba Jaring Apung (KJA) Terhadap Perubahan Iklim Di Waduk Cirata Provinsi Jawa Barat
Perubahan iklim sudah terjadi dan mempengaruhi semua sektor terrnasuk
perikanan budidaya. Gangguan yang disebabkan oleh perubahan iklim terhadap
perikanan budidaya (akuakultur) dapat menyebabkan ketidakstabilan kondisi
sosial dan ekonomi karena sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
ketahanan pangan lokal dan global dan juga menyediakan lapangan kerja bagi
jutaan orang di seluruh dunia Oleh karena itu, pengelolaan akuakultur yang
memperhitungkan dampak perubahan iklim dalam bentuk upaya adaptasi sangat
diperlukan. Keramba Jaring Apung (KJA) adalah salah satu jenis akuakultur yang
beroperasi sebagian besar di wilayah perairan tawar Indonesia seperti Waduk
Cirata. Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui pengetahuan petani KJA di
Waduk Cirata mengenai perubahan iklim; (2) untuk mengkaji dampak perubahan
iklim terhadap KJA; (3) untuk mengkaji bentuk adaptasi yang diambil oleh petani;
(4) untuk mengetahui program adaptasi terhadap perubahan iklim yang bisa
dilakukan oleh pemerintah terkait pengelolaan KJA.
Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2013 sampai Januari 2014.
Lokasi penelitian adalah Waduk Cirata, Provinsi J awa Barat. Kombinasi metode
kualitatif dan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan
melalui : (l)survei petani KJA, (2) wawancara dengan stakeholder, (3) analisis
dokumen kelembagaan dan (4) observasi.
Studi ini menunjukkan bahwa: (1) Secara umum, petani KJA di Waduk
Cirata telah mengetahui adanya perubahan pada parameter iklim yang menjadi
indikator perubahan iklim seperti: kenaikan suhu udara, ketidakpastian musim,
peningkatan kecepatan angin, peningkatan cuaca ekstrim dan penurunan
penyinaran matahari (peningkatan cuaca mendung). Namun, jumlah petani yang
mengetahui/mendengar istilah perubahan iklim masih rendah yaitu hanya sebesar
24%; (2) Dampak perubahan iklim terhadap KJA mulai muncul dan dirasakan
oleh petani KJA di Waduk Cirata. Dampak tersebut meliputi aspek input
(gangguan kondisi benih, dsb); resources (frekuensi umbalan yang lebih tinggi,
dsb) dan output (perkembangan penyakit, penurunan hasil panen, dsb); (3) Petani
KJA di Waduk Cirata sedang dalam tahap menyesuaikan diri terhadap perubahan
iklim yang sedang terjadi. Pola adaptasi yang dilakukan oleh petani KJA terhadap
perubahan iklim meliputi teknik budidaya (mengubah waktu tanam dan panen,
mengurangi jumlah benih yang ditanam, dsb); pembiayaan (meminjam
benih/pakan ikan dari bandar, menghemat biaya produksi/kebutuhan rumah
tangga, dsb); diversifikasi (memiliki mata pencaharian lain, membesarkan ikan
lain di luar komoditas utama); jaringan sosial (bergabung dalam kelompok petani,
mengikuti berbagai pelatihan); (4) Program adaptasi terhadap perubahan iklim
yang dapat dilakukan oleh pemerintah terkait pengelolaan KJA meliputi
pengembangan sektor (pengembangan/perbaikan operasional KJA,dsb);
manajemen (integrasi KJA dengan sektor lain, dsb); pendidikan/peringatan dini
(pelatihan/pendidikan untuk stakeholder, monitoring reguler, dsb).
No copy data
No other version available