The Asean Non-Interference Princple : Case Study of Thailand-Cambodia Border Dispute (Kebijakan Non Intervensi Asean : Studi Kasus Sengketa Perbatasan Thailand-Kaboja
Kendala ASEAN secara kolektif meliputi lebih dari sekedar keengganan
organisasi untuk bergerak di luar norma-norma dan modal prinsip non-intervensi
dDn konsensus. Agendanya secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi domestik
negara dan non-negara, yang meskipun sering diakui, tetapi tidak diperhitungkan
memadai dalam perumusan baik harapan dan kritik dari ASEAN Namun, harapan
yang meningkat bahwa ASEAN memainkan peran yang lebih proaktif dalam
menangani masalah keamanan yang sensitifseperti sengketa antar negara-negara
anggota ASEAN, khususnya konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja.
Konflik tersebut telah memiliki konsekuensi besar bagi hubungan bilateral, serta
untuk reputasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang kedua
negara merupakan anggotanya. ASEAN awalnya menyatakan keprihatinan untuk
eskalasi cepat konflik yang mengancam perdamaian dan keamanan regional.
ASEAN mendesak untuk campur tangan dalam konflik. menawarkan untuk
memainkan peran mediator. Namun, tawaran ASEAN itu ditolak oleh Thailand yang
dianggap konflik ini sebagai urusan internal. Atas dasar ini, Thailand melewatkan
inisiatif ASEAN dan, yang lebih penting, menunjukkan ketidakpercayaan pada
mekanisme penyelesaian sengketa regional. Pada ASEAN, krisis meluncurkan
kerenuman, terutama dalam menjalankan otoritas atas anggotanya, serta
ketidakmampuan dalam mengelola sengketa regional.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
explanatory dalam melakukan penelitian dan pengolahan data. Teknik wawancara
semi-terstruktur dan berbagai sumber dokumentasi digunakan untuk pengumpulan
data.
Penelitian ini berusaha untuk mencari jawaban atas tiga pertanyaan
kunci: (1) Sampai sejauh mana Prinsip Non-Interfensi ASEAN dilaksanakan?; (2)
faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi tersebut?; dan (3) apa peran
ASEAN dalam menangani konflik? Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASEAN
menghadapi dilema yang sulit dalam kasus sengketa perbatasan Thailand
Kamboja. Kebutuhan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ASEAN adalah
sebuah organisasi yang serius dan pemain kunei dalam politik regional, terutama
dalam menangani sengketa teritorial di wilayah tersebut, berbenturan dengan
kebutuhan ASEAN untuk mempertahankan wilayah status quo dengan tampil
mendukung keinginan pribadi negara anggota untuk melindungi kedaulatan
nasional mereka dengan mengorbankan perkembangan regionalisasi.
No copy data
No other version available