Gender dan Adaptasi Antarhudaya di Keluarga Perkawinan Cam pur (Studi Kasus pad a Keluarga Perkawinan Campur Laki-laki Tionghoa dan Perempuan Sunda di Kelurahan Cibadak, Bandung, Jawa Barat) Gender and Cross-CuituralAdaptation in Interethnic Marriage Families (Case Study of Interethnic Marriage Families between Chinese Husbands and Sundanese Wives in Cibadak, Bandung, West Jawa)
Tesis ini, adalah tentang Gender dan Adaptasi Antarbudaya di Keluarga
Perkawinan Campur sebuah Studi Kasus pada Keluarga Perkawinan Campur
Laki-laki Tionghoa dan Perempuan Sunda. Penelitian ini dilaksanakan di
Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami kondisi gender dan adaptasi
antarbudaya para anggota dalam keluarga perkawinan yang kedua orang tuanya
memiliki perbedaan latar belakang etnis dan budaya. Melalui penelitian ini,
penulis ingin memahami bagaimana anggota dalam keluarga perkawinan campur
dapat beradaptasi antara dua macam latar belakang kebudayaan dalam keluarga
dan dalam masyarakat yang lebih luas dari perspektif Antropologi. Kemudian,
penulis juga ingin mempelajari peran gender antara anggota keluarga perempuan
dan laki-laki, untuk menjelaskan bagaimana pengaruh budaya yang berbeda
mempengaruhi peran tersebut dalam kehidupan keluarga. Perkawinan campur
antara laki-laki Sunda dan perempuan Tionghoa jarang terjadi, bahkan dalam
studi area tidak ditemukan, karena perempuan Tionghoa harus menikah dengan
laki-laki yang kelas ekonominya lebih tinggi dan pernikahan yang telah diatur
oleh keluarga.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Data diperoleh melalui observasi non-partisipatif dan wawancara
mendalam yang dilakukan di lapangan terhadap tujuh belas informan.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa: 1) perkawinan campur yang berada di
Kelurahan Cibadak, kebanyakan antara laki-laki Tionghoa keturunan kedua atau
ketiga dengan perempuan Sunda; 2) adaptasi antarbudaya dalam keluarga
perkawinan campur paling tampak pada masalah pendidikan anak-anak; 3)
pengaruh kebudayaan untuk anggota-anggota keluarga perkawinan campur
berbeda-beda, yang paling kuat adalah pengaruh dari kebudayaan Sunda; 4)
identitas etnis anggota keluarga perkawinan campur dipengaruhi oleh latar
belakang agama. Hal ini terlihat dari suami Tionghoa yang semula beragama
Kristen, memilih beragama Islam dan anak-anaknya juga mengikuti agama kedua
orang tuanya yaitu Islam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa identitas etnis
Sunda lebih dominan daripada identitas etnis Tionghoa. Sebaliknya terjadi pada
yang memilih memeluk agama Kristen, pada keluarga ini, identitas etnis Tionghoa
lebih kuat daripada identitas etnis Sunda.
No copy data
No other version available