Pengaruh Karakteristik Bakteri dan Fisikokimia Kompos Feses Sapi Potong Terhadap Pertumbuhan Benih Komatsuna (Brassica rapa var. perviridis)
PENGARUH KARAKTERISTIK BAKTERI DAN
FISIKOKIMIA KOMPOS FESES SAPI POTONG TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH KOMATSUNA iBrassica rapa var.
perviridlsy
ABSTRAK
Feses sapi potong yang tidak diolah dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan berupa emisi gas rumah kaca, eutrofikasi, dan kontaminasi. Dalam
penggunaan kompos sebagai pupuk organik, kematangan kompos harus dievaluasi.
Feses sapi po tong segar tidak memiliki karakteristik bakteri dan fisikokimia yang
coeok bagi aplikasi pertanian. Kematangan kompos dapat dievaluasi dengan
mempelajari karakteristik bakteri dan fisikokimia kompos. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui perubahan karakteristik bakteri dan fisikokimia pada
beberapa fase pengomposan dan juga untuk mengetahui efek dari karakteristik
tersebut terhadap pertumbuhan benih Komatsuna. Feses sapi potong diambil dari
Mie Prefecture Livestock Research Institute. Pengomposan dilaksanakan selama 5
bulan yang dibagi menjadi dua fase, yaitu fase awal (0 - 40 hari) dan fase
pematangan (bulan 2 - bulan 5). Sampel diambil dari delapan titik observasi yang
mewakili empat fase pengomposan yaitu feses segar (minggu 1), fase termofilik
(Bulan 1), fase pendinginan (Bulan 3) dan fase pematangan (Bulan 5), dan juga dua
lapisan kompos, permukaan (0 - 5 cm) dan lapisan dalam (>50 cm). Parameter yang
diamati adalah jumlah bakteri, identifikasi bakteri dalam pengomposan, pH,
konduktivitas listrik, ammonia, kandungan bahan organik, asam lemak rantai
pendek, jumlah biji berkecambah dan panjang akar komatsuna. Bakteri dari genus
Staphylococcus dan Acinetobacter mendominasi komunitas mikroorganisme pada
bulan 1 namun tidak terdeteksi pada fase berikutnya. Paenibacillus dan Bacillus
mendominasi komunitas kompos pada fase thermofilik. Paenibacillus dan Bacillus
penting bagi pematangan kompos. Kandungan bahan organik dan nisbah C:N lebih
rendah dari ambang batas setelah 5 bulan. Tingkat pH berubah sedikit selama proses
pengomposan, namun tingkat pH terse but optimal untuk pengomposan.
Konduktivitas listrik lebih tinggi dari nilai kritis dari 3 mS/cm selama
pengomposan. NH3 menurun secara bertahap seiring dengan matangnya kompos.
Kandungan NH3 lebih rendah dari 0,04% BK (Berat Kering) kompos setelah 5
bulan kompos. Asam lemak rantai pendek hanya terdeteksi pada minggu pertama
kompos. Jumlah perkecambahan biji tertekan oleh kompos yang belum matang dan
meningkat secara bertahap tergantung pada kematangan kompos. Perkecambahan
memiliki korelasi yang tinggi dan negatif dengan konten NH3 dan kandungan bahan
organik. Pemanjangan akar menghasilkan respons yang fluktuatif dan tidak
memiliki korelasi dengan karakter fisikokimia kompos. Pengomposan selama 5
bulan diperlukan untuk menurunkan kandungan ammonia pada kompos.
No copy data
No other version available