Konstruksi Makna Diri Penghafal Al Qur'an (studi fenomenologi konstruksi makna diri penghafal al qur'an di lembaga Tahfidz Qur'an, Pesantren Al Mutazam, Kuningan, Jawa Baratr)
KONSTRUKSI MAKNA DIRI PENGHAFAL AL QUR' AN
(Studi FenomenoIogi Konstruksi Makna Diri PenghafaI Al Qur'an
di Lembaga Tahfidz Qur'an Pesantren Al Multazam, Kuningan, Jawa Barat)
Tesis dengan juduI Konstruksi Makna Diri Penghafal Al Quran, bertujuan
untuk melihat bagaimana konstruksi makna diri penghafal Al Qur'an. Konstruksi
makna diri ini diIihat secara eksternaI dan internal. Selain itu peneIitian ini juga
bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana metode menghafaI yang diterapkan
oIeh para penghafaI Al Qur' an. Metode penelitian yang digunakan adaIah metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenoIogi.
Pertanyaan peneIitian yang diajukan adalah: Bagaimana makna diri
dipahami secara eksternal oleh penghafal Al Qur'an? Bagaimana makna diri
dipahami secara internal oleh penghafal Al Qur'an? Serta Bagaimana metode
menghafal yang diterapkan oleh para penghafal Al Qur'an? Subjek dalam
peneIitian ini adalah santri tahfidz Qur'an di Lembaga Tahfidz Qur'an Pesantren
Al Multazam, Kuningan, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara mendalam dan observasi partisipasif.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa konstruksi makna diri santri
tahfidz bermacam, tergantung dari kategori santri berdasarkan motivasi mereka
menghafal. Santri dari hasil penelitian digolongkan dalam dua kategori yaitu
kategori motivasi penuh dan motivasi lain . Secara garis besar mereka memaknai
diri mereka dalam empat pemaknaan. Ada yang memaknai bahwa hal ini adalah
hidayah yang tidak diberikan pada setiap orang. Ada juga memaknai diri mereka
sebagai orang-orang yang terpilih, orang-orang yang dijamin Tuhan hidupnya.
Dan yang terakhir ada yang memaknai bahwa apa yang dilakukan mereka
sekarang adaIah sebuah batu Ionjatan.
Konstruksi makna diri santri tahfidz secara internal cukup beragam.
Melalui penilaian orang lain tanggapan juga beragam. Ada menanggapi biasa apa
yang dinyatakan orang lain terhadap mereka, ada juga yang mengamini pendapat
orang lain tersebut, sebagian justru menjadikan anggapan orang lain tersebut
menjadi pendorong agar semakin giat lagi menghafaI, ada juga yang menganggap
anggapan tersebut justru terIalu berIebihan karena mereka merasa belum menjadi
sosok seperti yang ditanggapi oleh orang lain.
Ada tiga metode yang diterapkan informan yaitu, menghafal dengan
terlebih dahuIu membaca berulang-ulang, kemudian membaca sambil melihat
terjemahannya sebelum dihafal, dan yang terakhir membagi sa tu halaman Al
Qur'an daIam beberapa bagian. Banyak metode yang dilakukan oleh informan,
kunci menghafal Al Qur'an agar hafalannya melekat di kepala justru tidak terIetak
dari proses saat menghafal. Akan tetapi ketekunan dan seringnya murajaah
(mengulang hafalanlah) yang paling berperan dalam kuat atau tidaknya hafalan.
No copy data
No other version available