Sistem diatesis aktif dan pasif dalam bahasa Aceh analisis morfosintaksis
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sistem diatesis aktifdan pasif dalam
bahasa Aceh. Kajian ini menekankan pada konstituen pembentuk diatesis ditinjau
dari segi morfologi dan sintaksis. Di samping itu, struktur peran serta persesuaian
digambarkan secara sistematis serta fenomena- fenomena lain yang ada kaitannya
dengan diatesis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Data
penelitian adalah data tulis dan data lisan (dari informan). Data lisan, memiliki
kriteria: (l) seorang informan harus memiliki keaslian. (2) setiap informan dipilih
secara acak, tetapi representatif, (3) dewasa, dan (4) lahir dan sudah tinggal di Aceh
dalam waktu yang lama. Sementara untuk data tulis merujuk pada Tata Bahasa Aceh,
Kamus Bahasa Aceh, publikasi yang berkenaan dengan bahasa Aceh, serta cerita
rakyat Aceh yang ditulis dalam bahasa Aceh. Semua data tersebut dianalisis
menggunakan metode kajian distribusional.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara morfologis bentuk diatesis aktif
dapat ditandai dengan persesuaian, baik proklitik maupun enklitik, afiksasi
(pengimbuhan), serta makna iheren verba, sedangkan diatesis pasif ditandai dengan
penanda formal le 'oleh'. Ini berlaku pada pasif ubahan dari kalimat aktif. Sementara
untuk pasif pengedepanan pelaku dapat ditandai dengan penanggalan proklitik yang
me1ekat pada verba. Prefiks teu-, dan kata keunong 'kena' juga menandakan diatesis
pasif secara morfologis. Di pihak lain, secara sintaksis unsur pelaku diatesis aktif
dapat dirujuk secara anaforik oleh persesuaian, sedangkan diatesis pasif sebaliknya.
Dengan catatan bahwa urutan kedua kalimat tersebut masih menggunakan pola dasar.
Ciri lainnya adalah kehadiran unsur pelaku diatesis aktif bersifat opsional,
sedangkan kehadiran unsur pelaku diatesis pasif bersifat wajib. Di sisi lain, struktur
peran diatesis aktif dan diatesis pasif tidak terdapat perbedaan. Artinya, sama-sama
disusun oleh sebuah konstituen pusat; menghadirkan satu, dua, atau tiga pendamping
inti. Persesuaian dapat dilekatkan pada semua verba asal dan turunan, baik pada
struktur diatesis aktif maupun pada struktur diatesis pasif. Setiap persesuaian
merujuk kepada agen. Artinya, verba selalu berubah bentuk sesuai dengan agen yang
berperan sebagai pelaku, pengalam, atau peruntung. Relasi antara persesuaian
dengan agen pada verba aktif dan pasif sangat erat. Hal ini terbukti dengan hadimya
persesuaian pada verba asal dan verba turunan meskipun verba tersebut telah diberi
afiks.
No copy data
No other version available