Kosmologi dan konservasi alam pada dayak tamambaloh di desa saujung giling manik - Kecamatan Embaloh Hulu Kabupaten Kapuas Hulu - Kalimatan Barat
Kosmologi merupakan kebudayaan kognitif, hasil interaksi dan adaptasi
manusia dengan lingkungan alam, digunakan sebagai alat adaptasi. Kosmologi ini
membentuk pengetahuan ekologi tradisional yang bemilai konservatif Dalam
karya ini telah dikaji kosmologi dan konservasi pada Dayak Tamambaloh di Desa
Saujung Giling Manik, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat. Kosmologi tersebut diamati dan dipelajari melalui mitologi,
ritual-ritual serta penggunaan dan pemaknaan simbol alam dalam keseharian
Dayak Tamambaloh. Tujuan dari kajian ini ialah untuk menemukan peran
kosmologi Dayak Tamambaloh sebagai media konservasi alam di Kecamatan
Embaloh Hulu.
Kajian ini, dikupas menggunakan metode Ekologi Budaya yang salah satu
kajiannya tentang hubungan manusia dan lingkungannya, Materialisme
Kebudayaan yang salah satu kajiannya tentang unsur materi yang membentuk
gagasan, serta Interaksi Sistem Sosial dengan Ekosistem yang salah satu
kajiannya tentang interaksi dan adaptasi manusia (sosial) dengan alam
(ekosistem). Kajian ini didesain dengan metode gabungan kualitatif dan
kuantitatif Dirancang dalam model pendekatan desain dua tahap (sekuensial).
Tahap pertama yang dilakukan ialah penelitian dengan pendekatan kualitatifyang
kemudian diperkuat dengan pendekatan kuantitatif
Kajian ini menunjukkan bahwa kosmologi pada Dayak Tamambaloh tidak
sama dengan filsafat alam (filsafat metafisika) namun lebih tepat disebut sebagai
etika semesta (filsafat normatif). Kosmologi Dayak Tamambaloh memandang
semesta dibentuk oleh 3 unsur yakni manusia, alam dan supranatural yang
berinteraksi membentuk keteraturan dan keharmonisan. Di dalam semesta,
manusia merupakan bagian dari semesta yang kedudukannya setara dengan alam,
sedangkan supranatural merupakan kekuatan yang transenden. Alam dipandang
memiliki kehidupan dan sebagai hunian supranatural, karenanya pemanfaatan
alam wajib melalui berbagai ritual. Alam juga digunakan sebagai simbol yang
memberi pertanda bagi manusia. Alam dihargai dan diperlakukan secara beradat,
tindakan yang tidak beradat terhadap alam akan mendatangkan bahaya,
kecelakaan bahkan kahancuran dan kematian.
Sekuat 51 % kosmologi dipahami oleh anggota komunitas Dayak
Tamambaloh, sedangkan tingkat konservasi 35%. Dalam peranannya sebagai
media konservasi, kosmologi berpengaruh kuat dan positif sebesar 62.88%
terhadap konservasi Dayak Tamambaloh. Artinya, apabila pemahaman kosmologi
tinggi, maka konservasi akan tinggi. Tingkat konservasi yang hanya sebesar 35%,
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar kosmologi. Faktor-faktor
tersebut ialah, inovasi teknologi, demografi, kualitas dan kuantitas alam,
kemiskinan, pembangunan infrastuktur dan berbagi alasan ekonomi, yang
berpengaruh rendah negatif sebesar 16,97% terhadap tindakan konservasi. Artinya
apabila faktor-faktor tersebut meningkat, maka konservasi akan menurun.
No copy data
No other version available