Analisis ruang terbuka hijau taman kota dalam hubungannya dengan kondisikualitas udara di taman kota
Tutupan vegetasi alami berupa hutan berfungsi sebagai penyerap berbagai bahan
atau senyawa kimia yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Di lingkungan
perkotaan, tutupan vegetasi dapat dijumpai berupa RTH taman kota dengan berbagai
struktumya yang beragam. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis hubungan
antara RTH taman kota dengan kondisi kualitas udara. Dengan menggunakan metode Belt
Transect dilakukan pengamatan mengenai bentuk dan struktur taman (luas lahan; jumlah
pohon; jumlah herba dan semak; keanekaan jenis; strata 1; strata 2; strata 3; dan
penutupan tajuk) dilakukan pada lirna taman di Kota Bandung yang terdiri dari Taman
Cilaki (Lansia), Taman Tegallega, Taman Balai Kota (Dewi Sartika), Taman Maluku, dan
Taman Ganesha. Pengambilan sampe1 kualitas udara (parameter NOx, S02, dan CO)
hanya dilakukan pada 3 taman yang terdiri dari Taman Cilaki, Taman Tegallega, dan
Taman Balai Kota, hal tersebut didasarkan kepada kondisi lingkungan sekitar taman,
sumber pencemar (kepadatan transportasi), dampak gangguan, bentuk dan struktur taman
agar dapat dilihat kemampuan setiap taman dalam menyerap polutan.
Hasil pemeriksaan kondisi kualitas udara di lokasi dengan adanya vegetasi dan
tanpa vegetasi dilakukan dengan cara pengambilan sampel, didapat hasil sebagai berikut,
untuk Taman Cilaki konsentrasi NOx di dalam taman sebesar 3,3 ug/m' sedangkan di
jalan raya 268,8 ug/m"; konsentrasi S02 di dalam taman 33,9 ug/m' sedangkan di jalan
raya 361,5 ug/m'; dan konsentrasi CO di dalam taman sebesar 1274,6 ug/m' sedangkan
di jalan raya 9324,3 ug/m". Hasil yang didapat untuk Taman Balai Kota konsentrasi NOx
di dalam taman sebesar 4,4 ug/m' sedangkan di jalan raya 131,8 ug/nr'; konsentrasi S02
di dalam taman 47,2 ug/m" sedangkan di jalan raya 154,6 ug/nr'; dan konsentrasi CO di
dalam taman sebesar 2158,0 ug/rrr' sedangkan di jalan raya 7808,0 ug/m". Hasil yang
didapat untuk Taman Tegallega konsentrasi NOx di dalam taman sebesar 4,5 ug/m"
sedangkan di jalan raya 127,6 ug/m"; konsentrasi S02 di dalam tarnan 48,1 ug/m"
sedangkan di jalan raya 277, I ug/m"; dan konsentrasi CO di dalam taman sebesar 2179,8
ug/rn' sedangkan di jalan raya 6034,8 ug/m". Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
diantara ketiga taman tersebut, taman yang paling baik dalam menyerap zat pencernar di
udara adalah Taman Cilaki, hal ini dikarenakan bentuknya yang bergerombol dengan
strata banyak.
Dengan menggunakan kore1asi "Rank Spearman" diperoleh hasil bahwa antara
RTH taman kota dengan kondisi kualitas udara memiliki korelasi yang sangat kuat
dengan arah yang berlawanan (-1,0). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kualitas
RTH taman kota, semakin baik pula kondisi kualitas udara.
No copy data
No other version available