Analisis water footprint produksi beras organik di kab. tasikmalaya (studi kasus di desa salebu dan desa mangunreja, kec. mangunreja
Peningkatan kesadaran masyarakat dunia untuk mengonsumsi beras organik
membuka kesempatan petani untuk melakukan ekspor dan menarnbah produksi
beras organik. Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu daerah di Jawa Barat
yang menjadi sentra produksi beras organik. Pada kenyataannya, produksi beras
organik mengonsumsi sumber daya alarn dalarn proses produksinya, tennasuk
sumber daya air yang saat ini menghadapi masalah kelangkaan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menghitung besaran nilai water footprint produksi beras organik
di Kabupaten Tasikmalaya (diwakili oleh dua desa: Desa Salebu dan Desa
Mangunreja) dan untuk mengkaji implikasi produksi beras organik tersebut
terhadap sumber daya air di kabupaten tersebut. Penelitian ini dilakukan
menggunakan pendekatan kuantitatif less dominant kualitatif Data dikumpulkan
melalui wawancara semi-terstruktur dengan infonnan kunci dan observasi
terhadap proses budidaya dan proses produksi. Berdasarkan hasil penelitian, nilai
water footprint rata-rata beras organik di Kabupaten Tasikmalaya, yaitu 822,2
m3/ton, lebih rendah dibandingkan nilai water footprint beras non-organik di
kabupaten tersebut yang mencapai 2304,6 m/ton. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa produksi beras organik dapat menghemat konsumsi sumber daya
air. Penghematan ini akan berdarnpak positif pada pendayagunaan sumber daya
air yang menjadi lebih optimal dan pengurangan potensi munculnya konflik
pemanfaatan sumber daya air dalarn sektor pertanian di Kabupaten Tasikmalaya
sehingga dapat tercapai penggunaan sumber daya air yang berkelanjutan.
No copy data
No other version available