Etnoekologi hutan mangrove pada masyarakat supiori sebagai landasan penyusunan model kelembagaan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan di kab. Supiori Papua
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang etnoekologi hutan mangrove pada
masyarakat Supiori Papua dari bulan Juli sampai Desember 2010 pada empat
lokasi yaitu Kampung Rayori Distrik Kepulauan Aruri; Kampung Ababiaidi,
Distrik Supiori Selatan; Kampung Waryei, Distrik Supiori Barat; dan Kampung
Wafor Distrik Supiori Timur Kabupaten Supiori.
Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui kondisi hutan mangrove di
Kabupaten Supiori; (2) mengetahui dan memahami pengetahuan etnoekologi
hutan mangrove pada masyarakat Supiori; (3) menetahui dan memahami bentuk
bentuk pemanfaatan secara ekologis, sosial ekonomi dan budaya hutan mangrove
pada masyarakat Supiori; (4) mengetahui dan memahami persepsi masyarakat
Supiori terhadap hutan mangrove dan pengelolaannya; (5) mengusulkan model
kelembagaan pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan sesuai dengan
etnoekologi masyarakat Supiori yang diperkuat dengan peraturan dan perundang
undangan yang berlaku.
Metode penelitian, dalam penelitian ini digunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu
pendekatan ekologilbiologi dan pendekatan sosial antropologis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kondisi hutan mangrove di Kabupaten Supiori
mempunyai nilai kerapatan dan nilai keragaman yang berada pada katergori
jarang dan sedang; (2) Masyarakat Supiori dapat mengenal sebanyak 29 jenis
tumbuhan mangrove dan secara tradisional membagi hutan mangrove ke dalam 3
(tiga) zonasi, yaitu: kor bar wandari, kor bar fadu, dan kor bar bande/banderi.
(3) Terdapat beberapa bentuk Fungsi ekologi dan Manfaat sosial ekonomi dan
budaya hutan mangrove pada masyarakat Supiori, antara lain: fungsi ekologi,
yaitu sebagai habitat satwa liar, pencegah angin taufan, dan abrasi. Manfaat sosial
ekonomi yaitu sebagai sumber bahan bangunan, sumber kayu bakar, sumber
bahan obat, sumber pemanfataan lainnya serta pemanfaatan satwa liar. Manfaat
sosial budaya seperti konsep faknik yang berkaitan pemanfaatan keanekaragaman
hayati. (4) Sebanyak 67,46% responden memberikan nilai persepsi baik dan 32,
54% memberikan nilai persepsi sangat baik terhadap pengetahuan, manfaat, dan
nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan mangrove; (5) Penggabungan
VI
pengelolaan tradisonal dikombinasikan dengan pengelolaan modem merupakan
model yang diusulkan sebagai landasan penyusunan kelembagaan pengelolaan
hutan mangrove berkelanjutan di Kabupaten Supiori.
,
No copy data
No other version available