Komunikasi Narapidana Pada Subkultur Penjara
Satriawan; L3G050 141; Komunikasi Narapidana Pada Subkultur Penjara (Studi
Kasus Di Lapas Kelas I Sukamiskin Bandung Dalam Tinjauan Fenomenologi);
Program Pascasarjana UNPAD, 2010; promotor Prof. H. Deddy Mulyana, M.A.,
Ph.D.; Prof. Dr. H. Juhaya S. Praja, M.A.; Prof. Dr. H. Suryana Sumantri, MSIE.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komunikasi narapidana yang
baru pertama kali menjalani hukuman penjara untuk tindak pidana umum.
Penelitian kualitatif dalam tinjauan fenomenologi dengan kajian kasus dari 13
orang narapidana yang mengalami pemenjaraan pertama kali yang khusus terlibat
kasus pidana umum (kriminal murni) pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Sukamiskin Bandung sebagai informan. Data diperoleh melalui kegiatan
wawancara mendalam, pengamatan, dan studi dokumentasi, kemudian data
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, Pandangan narapidana
terhadap tindak pidana krirninal dan proses awal pengadilan, hingga
pemenjaraannya lebih didominasi oleh rasa penyesalan mendalam yang
menghantarkan dirinya ke dalam penjara, sehingga terabaikannya pengabdian
terhadap orangtua dan kewajibannya terhadap anak-anak mereka; kedua, Po la
transformasi identitas narapidana yang mengalami pemenjaraan untuk pertama
kali merniliki tendensi gegar penjara yang nyaris sama pada tahap awal, dan mulai
bervariasi ketika memasuki tahap adaptasi, dan tahap unifikasi ke arah
penerimaan identitas total sebagai narapidana; ketiga, Upaya strategis narapidana
untuk mempertahankan diri dalam penjara cenderung dilakukan dalam konteks
tindakan komunikatif yang bertumpu pada tiga bentuk interaksi meliputi
penyingkapan diri, bergaul selektif dan menutup diri dari kemungkinan implikasi
maupun kontaminasi unsur budaya yang rentan beresiko dalam kehidupan
subkultur penjara; keempat, Pemaknaan perilaku simbolik narapidana dalam
memandang dirinya dan komunitas lingkungan penjara sangat dipengaruhi oleh
kejadian traumatik yang menjadi pencetus tindak pidana yang menghantarkan
pelaku dalam kondisi terpenjara; kelima, Konstruksi sosial realitas narapidana
selama menjalani masa hukuman di dalam penjara didasarkan atas 'motif karena',
'motif antara', dan 'motif untuk' yang bertumpu pada mempertahankan diri dan
rasa aman dalam rangka melanggengkan "berkelakuan baik" untuk mempercepat
pencapaian kebebasannya, serta sikap dan pandangannya menghadapi berbagai
kemungkinan setelah bebas; keenam, Pengelolaan kesan narapidana dalam
berkomunikasi dengan sesama warga binaan pemasyarakatan, petugas dan orang
lain mengacu pada simbol verbal, sirnbol nonverbal, dan sirnbol objektika yang
kadang dirnainkan bergantian sebagai panggung belakang maupun depan yang
cenderung menjadi panggung dualistik (panggung ganda).
No copy data
No other version available