Komunkasi politik calon kepala daerah pada pemilihan langsung (studi kasus pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur jawa barat th. 2008)
Penelitian ini 'beranjak dari munculnya perubahan peraturan perundang-undangan
tentang pemilihan kepala daerah, dari pemilihan secara perwakilan oleh DPRD dengan
pemilihan secara langsung oleh rakyat daerah. Selain terjadi perubahan sistem politik,
perubahan cara pemilihan kepala daerah pun telah mengubah komunikasi politik yang
dilakukan oleh calon kepala daerah.·
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengkaji komunikasi politik calon kepala
daerah pada pemilihan secara langsung dengan studi kasus pada pemilihan Gubemur dan
Wakil Gubemur Jawa Barat Tahun 2008. Disertasi ini menggunakan metode kualitatif;
pendekatan studi kasus dengan teknik pengumpulan data melakukan observasi, wawancara
mendalam, dan pengumpulan dokumen. Teknik analisis data menggunakan deskriptif
kualitatif dengan perspestif interaksi simbolik dan dramaturgis. Masalah pokok penelitian:
komunikasi politik calon kepala daerah pada Pemilihan Secara Langsung: Studi Kasus
Pemilihan Gubernur-Wakil Gubemur Jawa Barat Tahun 2008.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga pasangan calon kepala daerah dalam pemilihan
Gubemur dan Wakil Gubemur Jawa Barat 2008 menggunakan enam bentuk komunikasi
politik, yakni: retorika, propaganda, public relation, kampanye politik, lobi politik, dan
melalui media massa. Agitasi politik tidak digunakan dalam pemilihan Gubemur-Wakil
Gubemur Jawa Barat karena tidak sesuai dengan budaya masyarakat Jawa Barat; Kesundaan.
Keenam bentuk komunikasi politik tersebut dikelola oleh para calon kepala daerah
dalam bentuk pesan pesan non-verbal dan pesan verbal dan dengan cara 1) berperan sebagai
aktor politik yang taat pada skenario politik; 2) memanfaatkan potensi calon kepala daerah,
baik potensi personal maupun potensi struktural dalam partai politik atau organisasi
kemasyarakatan sebagai jembatan komunikasi politik dengan rakyat pemilih; 3) meng
eksplor makna pelabelan dalam bentuk akronim terhadap penamaan pasangan calon yang
diasumsikan menumbuhkan kesan positif pada rakyat pemilih; dan 4) menggunakan media
massa sebagaijembatan penyampaian pesan politik kepada rakyat pemilih.
Hasil penelitian ini membuktikan sepuluh keunggulan pasangan Ahmad Heryawan
Dede Yusuf sehingga dapat meraih suara terbanyak dalam pemilihan Gubemur dan Wakil
Gubemur Jawa Barat Tahun 2008. Kesepuluh keunggulan itu yakni: 1) Karakter pesan yang
disampaikan lebih plural; 2) Mendapat dukungan partai politik yang solid, militan, dan
hampir tanpa konflik; 3) Kampanye politik banyak menampilkan Dede Yusuf sebagai public
figure yang popular; 4) Berani menampilkan pesan yang berbeda; 5) Memancarkan pesan
berlatar belakang sipil; 6) Mengemas pesan sebagai sosok calon yang baru (tidak
berpengalaman) dan menjanjikan perubahan; 7) Penyampaian pesan lebih memperhatikan
keinginan rakyat; 8) Pesan kampanye lebih menonjolkan nuansa-nuansa lokal; 9) Iklan
politik banyak menggunakan media lokal; 10) Memancarkan pesan bukan birokrat yang
bersih dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
Para calon Gubemur-Wakil Gubemur Jawa Barat Tahun 2008 telah melahirkan model
komunikasi politik santun, yakni komunikasi politik yang berbasis budaya lokal; budaya
masyarakat Jawa Barat yang someah hade lea semah, santun, tidak ngotot, dan
mengutamakan kebersamaan.
No copy data
No other version available