Komunikasi Visual Seni Pertunjukan Renggong Kabupaten Sumedang Interprestasi makna Visual dalam Perspektif Etnosemiotika
Kuda Renggong adalah kesenian khas Kabupaten Sumedang Provinsi
Jawa Barat. Kesenian ini berupa atraksi kuda yang bergerak seperti menari,
diiringi musik tradisional yang umumnya jenis musik Kendang Penca dan Tanji.
Kesenian Kuda Renggong awalnya berkembang di Desa Cikurubuk Kecamatan
Buahdua sejak tahun 1910, dan sampai saat kini telah menyebar ke beberapa
wilayah di luar Sumedang, seperti Kabupaten Majalengka, Subang, Kota Bandung
dan Kabupaten Bandung.
Performa seni Kuda Renggong yang paling menonjol adalah unsur visual
yang didukung unsur audiotori. Unsur visual Kuda Renggong terdiri dari; Visual
Statis yakni visual yang bersifat artistik yakni kostum kuda beserta aksesorisnya
yang dapat dimaknai saat diam. Visual Dinamis yakni visual yang bersifat gerak,
berupa kinetesis aksesoris, visual yang dibentuk oleh konfigurasi dan gestikulasi
komponen kuda, maupun rombongan secara keseluruhan, sehingga membentuk
pose-pose ataupun pola-pola bermakna.
Penelitian ini mengungkap makna komunikasi visual Kuda Renggong
yang dibagi dalam empat pengadegan, yakni pra babak, babak Mapag Karuhun,
Helaran dan Mapag Budak Kariaan. Setiap babak diambil pose-pose yang
dianggap mewakili peristiwa penting melalui metoda framing. Hasil analisa
framing kemudian dimaknai berdasarkan persifektif semiotik.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Elemen visual berfungsi sebagai
pembentuk narasi Pertunjukan dan menjadi sistem komunikasi. 2) Komunikasi
disampaikan melalui Wiraga Adeg Adeg, yaitu: penampilan subjek kuda yang
berpakaian kostum khusus dan aksesorinya yang menunjukkan peran subjek kuda
dalam Pertunjukan. Serta pola-pola visual yang dibentuk oleh konfigurasi seluruh
komponen Kuda Renggong yang menghasilkan makna-makna. 3) Model
komunikasi visual yang menunjukan hubungan dengan lingkungan dan dunia
transendental.
No copy data
No other version available