Fenomena politisi atris di dewan perwakilan rakyat republik indonesia dan dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten ( studi fenomenologi tentang konstruksi realita komunikasi politik anggaota legislatif artis periode 2009-2014)
MOTTO
1. TAK ADA YANG ABADI. SEGALA SESUATU PASTI BERUBAH, DAN KAMU TAK BISA MENGH1NDARINYA. YANG BISA DILAKUKAN ADALAH SESUAIKAN DIRIMU.
2. BELAJARLAH MENGENAL DIRI SENDIRI. SEGALANYA PUNYA TUJUAN DALAM HIDUP INI. KESALAHAN HANYA CARA TUHAN AGAR KAMU DEWASA DAN BIJAK.
3. KAMU TAK PERNAH TAHU APA RENCANA TUHAN, NAMUN APAPUN ITU TUHAN TAK AKAN MEMBERIKAN COBAAN DI LUAR BATAS KEMAMPUANMU.
(Dikutip dari : Twitter.com via email : ramon kaban@yahoo.com.
Senin, 14-2-2011 Jam 12.30 WIB).
POHON EK DAN SERUMPUN BULUH
Di dalam sebuah rimba tumbuh sebatang pohon ek yang besar di pinggir sebuah sungai. Di samping pohon ek tumbuh serumpun buluh muda. Rumpun buluh selalu menunduk penuh hormat setiap kali angin bertiup menerpanya. Pohon ek tidak setuju dengan kebiasaan buluh itu.
Pada suatu hari pohon ek berkata kepada rumpun buluh, "Kamu buluh, mengapa kamu selalu merunduk setiap kali angin bertiup? Berdirilah tegak betapapun kencangnya angin bertiup!" "Oh pohon Ek yang perkasa," jawab rumpun buluh dengan rendah hati, "kami ini hanya kecil semampai, dan bila kami harus melawan angin, kami tentu harus menanggung akibatnya." "Jangan pernah kalah!" tegas pohon ek dengan sikap dingin dan kembali sibuk dengan urusannya. Jelas rumpun buluh tidak mau mendengarkan nasihatnya.
Pada suatu malam datanglah badai besar. Angin bertiup kencang, menggoyangkan rumpun buluh hampir sampai ke tanah, dan rumpun buluh itu tidak marah. Akan tetapi, pohon ek berjuang keras melawan angin, meskipun kali ini angin terlalu keras baginya. Dalam sekejap pohon ek berderak-derak patah, la tergeletak di tanah dalam keadaan menyedihkan. Sementara rumpun buluh terus tunduk kepada angin dan tidak patah.
Pagi harinya, ketika badai telah berhenti, keadaan rumpun buluh tetap balk seperti semula. Akan tetapi pohon ek yang duiu kokoh dan rimbun kini tinggal sebatang kayo hutan yang patah dan telah mati.
Lebih bijaksana bersikap rendah hati dan berserah dengan sepenuh hati, daripada berkeras kepala tetapi akhirnya hancur bila mendapatkan kesulitan.
(Kutipan dart buku "50 Cerita Bijak" oleh Cosmas fernandes, SDV, Penerbit Kanisius, Yogyakarta/ 1996, hal.21-22).
No copy data
No other version available