Self-Healing Sebagai Terapi Holistik Dalam Kajian Komunikasi Kesehatan Pespektif Naturalistik
Perkembangan bidang komunikasi yang terus menemukan jati diri keilmuannya
dalam segala bidang kehidupan manusia, semakin memantapkan eksistensinya sebagai ilmu
yang bersifat omnipresent karena nyata-nyata hadir dimana-mana, tak terkecuali dalam
bidang kesehatan. Semesta sebagai ciptaan pada hakikatnya sudah dibekali oleh Yang Maha
Pencipta dengan suatu mekanisme yang membuatnya bisa terus bertahan secara alamiah.
Begitu juga manusia, yang diciptakan sebagai go long an makhluk dengan tingkatan yang
paling tinggi karena dianugerahi dengan komposisi mind, body, spirit yang mencakup
keseluruhan aspek kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang menjadi satu
kesatuan yang sangat mengagumkan dalam menentukan cara bagaimana manusia harus
bertahan dengan cara berinteraksi dan berkomunikasi.
Jika keseluruhan merupakan jumlah dari bagian-bagiannya, maka penjelasan
mengenai kesehatan masyarakat harus dimulai dengan mengenal kesehatan tiap individu di
dalamnya. Dengan kondisi mind, body dan spirit yang tidak akan ada yang persis sama tiap
individu bahkan dalam waktu, tempat, kondisi dan situasi yang sama sekalipun, maka untuk
mengetahui bagaimana kesehatan tiap individu menjadi sesuatu yang tidak mudah, sehingga
menjadi menarik untuk selalu mempelajari cara mereka berkomunikasi.
Penelitian ini in gin mengetahui lebih jauh tentang praktik self-healing beserta
pengalaman para penggunanya, dengan menekankan pada identifikasi masalah yaitu
bagaimana bentuk-bentuk praktik self-healing, apa motif seseorang menggunakan selfÂ
healing sebagai terapi holistik, bagaimana seseorang menerapkan aspek spiritual diri dalam
proses self-healing dan bagaimana seseorang memaknai aspek spiritual diri dalam proses
self-healing sebagai terapi holistik.
Penelitian ini memanfaatkan paradigma fenomenologi dengan self-regulation
theory sebagai penuntun dalam analisis dengan menggunakan 8 orang informan yang
menggunakan teknik self-healing yang berbeda, yaitu seni pemafasan Satria Nusantara,
Reiki, dan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
Hasil penelitian menunjukkan gambaran untuk seni pemafasan Satria Nusantara
pada prinsipnya mengolah aliran listrik tubuh. Untuk Reiki mendasarkan diri pada
prinsip pembenahan dan penyeimbangan energi tubuh yang memanfaatkan energi alam
melalui potensi dan kemampuan alamiah tubuh berinteraksi dengan energi Illahi yang
tersedia sangat berlimpah di alam semesta. Untuk SEFT lebih menekankan pada
pembinaan aspek emosional dan spiritual seseorang yang berupa kepasrahan total kepada
Tuhan Yang Maha Segalanya. Untuk motif pengguna self-healing sebagai terapi holistik,
ditemukan beberapa motif yaitu sebagai media penyembuhan, pengalaman masa lalu,
cob a-cob a, tidak mau masuk rumah sakit, kemudahan, dukungan media komunikasi, menjadi
lebih baik. Untuk penerapan aspek spiritual diri dalam proses self-healing ditemukan
yaitu yang berupa pengetahuan, interaksi dan komunikasi, yakin pada kemampuan tubuh.
Pengembangan diri, kontinyuitas, menjauhi ambisi, alamiah, perlunya meditasi, imajinasi,
pikiran yang utama, praktik mengontrol emosi. Untuk pemaknaan aspek spiritualitas diri
dalam praktik self-healing sebagai terapi holistik, komunikasi antara makhluk dengan sang
Khalik, menekan nafsu rendah, meningkatkan keimanan dan kepasrahan kepada Tuhan,
holistic person, sebagai bentuk ibadah sepanjang waktu, peneguhan jiwa untuk kegiatan
positif (peningkatan kemampuan psikis), menebar rahmat, dan ketenangan.
No copy data
No other version available