Transformasi identitas ahmadi setelah keluar dari ahmadiyah (studi fenomenologis tentang perubahan konsep diri dari pola komunikasi mantan ahmadi di tenjowaringin tasikmalaya)
Penelitian disertasi ini dilakukan untuk mengkaji proses, motif, konsep diri
dan pola komunikasi Ahmadi setelah menyatakan diri masuk dan keluar dari
Ahmadiyah. Metode yang digunakan adalah kualitatif Penelitian kualitatif dengan
tradisi fenomenologi ini menjadikan enam belas mantan Ahmadi di Tenjowaringin
Tasikmalaya sebagai informan. Data diperoleh dengan menggunakan wawancara
mendalam, pengamatan berperan serta dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis
data dilakukan secara deskriptifkualitatif.
Hasil penelitian mengungkapkan: Ahmadi menyatakan diri masuk jemaat
Ahmadiyah karena motif sebab yaitu tabligh jemaat Ahmadiyah, relasi keluarga,
dan relasi pernikahan, serta motif tujuan meliputi keunggulan Ahmadiyah,
kebersamaan Ahmadiyah dan janji mendapatkan bantuan. Terdapat tiga kategori
Ahmadi ketika mereka melakukan transformasi identitas masuk Ahmadiyah di
antaranya Ahmadi idealis, Ahmadi kompromis, dan Ahmadi pragmatis. Ketika
mereka menyatakan diri keluar dari Ahmadiyah juga terdapat dua motif yaitu
motif sebab yang meliputi label kesesatan ahmadiyah, konflik, dan beban berat
membayar iuran, dan motif tujuan yaitu keinginan kembali ke jalan yang lurus,
keinginan rukun dalam rumah tangga dan keinginan bergabung dengan komunitas
Islam. Terdapat tiga kategori mantan Ahmadi tatkala mereka melakukan
transformasi identitas keluar dari Ahmadiyah yaitu muslim kaffah, muslim
progresif dan muslim pengikut. Proses perubahan identitas dari Ahmadi menjadi
muslim turut mempengaruhi konsep diri mereka dari negatif menjadi positif
dalam aspek diri spiritual, diri intelektual dan diri sosial. Perubahan konsep diri
tersebut diantaranya dari diri sesat menjadi diri yang bersih, dari diri yang bodoh
menjadi diri yang sadar, dan dari diri yang terkungkung menjadi diri yang bebas.
Pola komunikasi mantan Ahmadi dilakukan dalam konteks komunikasi
dengan diri sendiri dan Tuhan, komunikasi dengan keluarga dan komunikasi
sosial dengan masyarakat. Dalam konteks komunikasi dengan diri sendiri dan
Tuhan mantan Ahmadi melakukannya melalui muhasabah, bertaubat dan berdoa.
Konteks komunikasi dengan keluarga dilakukan kepada keluarga yang masih
Ahmadi dan keluarga non-Ahmadi. Dalam komunikasi dengan keluarga yang
anggota Ahmadiyah informan mendapatkan diskriminasi yang diantisipasi melalui
negosiasi identitas. Sedangkan komunikasi dengan keluarga yang bukan Ahmadi
berlangsung non-diskriminatif. Komunikasi informan dalam konteks komunikasi
sosial dilakukan dengan jemaat Ahmadiyah, dengan umat Islam dan dengan
sesama mantan Ahmadi di Ikatan Masyarakat Korban Aliran Sesat Ahmadiyah
(IMKSA). Komunikasi sosial informan dengan jemaat Ahmadiyah juga
berlangsung secara diskriminatif yang diatasi dengan negosiasi menggunakan exit
response, neglect response, loyalty response dan voice response. Konteks
komunikasi inform an dengan sesama mantan Ahmadi di IMKASA dilakukan
untuk memperteguh identitas mereka sehingga mereka merasa dimengerti,
dihargai dan didukung.
No copy data
No other version available