Praktik sosial jurnalis perempuan : studi atas aktivisme media oleh jurnalis perempuan di propinsi Lampung
ABSTRAK
Abdul Firman Ashaf: L3G050113: Fraktik Sosial jurnalis Perempuan: Studi atas Aktivisme Media oleh Jurnalis perempuan di Provinsi Lampung dipromotori oleh Prof. Dr. Hj. Nina Winangsih Syam, Dra. M.S, Prof.H. Deddy Mulyana, M.A.,PhD, and Prof. Dr. Hj. Mien S. Hidayat, Dra.,M.S.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi dan menganalisis pola relasi yang terbentuk pada usaha-usaha jurnalis perempuan dalam melakukan aktivisme media dan menemukan model praktik sosial pada aktivisme media yang dilakukan oleh jumalis perempuan di Provinsi Lampung.
Dalam penggunaan perangkat teoritis, penulis memilih untuk
nienempatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh jurnalis perempuan tersebut sebagai "praktik sosial" (social practices) sebagaimana yang termaktub dalam teori strukturasi Anthony Giddens. Selain itu, demi melacak bagaimana aktivisme media (media activism) dapat diterapkan dalam konteks gender, penulis merasa sangat terbantu dengan pencapaian-pencapaian yang diperoleh dalam kajian¬kajian feminis (feminist studies). Terakhir, secara umum, penelitian ini akan dibingkai melalui sudut pandang paradigm kritis (critical paradigm).
Data diperoleh melalui serangkaian interview mendalam terhadap 16
orang jurnalis perempuan yang bekerj a di surat kabar harian yang berdomisili di Propinsi Lampung. Fokus pengamatan _ atau objek penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang dikeinukakan, yang didalamnya terkandung sikap, pengetahuan dan pengalaman para jurnalis perempuan terkait peran gender dan praktik sosial di institusi media.
Temuan utarna dalam penelitian ini adalah diperolehnya enam pola yang menggambarkan praktik sosial aktivisme jurnalis perempuan yaitu: (1) terhegemoni dalam rentang level individual, organisasional, hingga kontekstual. (2) terhegemoni pada level individual, melakukan resistensi pada level organisasional. (3) terhegemoni pada level individual, namun melakukan resistensi pada level kontekstual. (4) melakukan resistensi pada level individual, namun terhegemoni pada level organisasional. (5) melakukan resistensi pada level individual, namun terhegemoni pada level kontekstual. (6) melakukan resistensi dalam rentang level individual, organisasional, hingga kontekstual. Pada tahap ini, jumalis perempuan telah mampu mcmbangun kesadaran perihal kesetaraan antar gender, mengembangkan relasi yang adil pada level organisasi, serta mendeligitimasi ideologi patriarki pada level kontekstual.
Pola-pola tersebut secara umum menggambarkan bahwa, dengan semakin melemahnya hegemoni patriarki dan semakin menguatnya resistensi sebagai bentuk aktivisme media, maka praksis sosial jurnalis perempuan semakin mengarah pada dernokratisasi media dalam konteks relasi gender.
No copy data
No other version available