Model Kemitraan Klaster Agribisnis Cabai Merah Untuk Mengelola Risiko (Studi Kasus di Kabupaten Garut Jawa Barat)
Kolaborasi diantara pelaku dan pendukung seharusnya dapat menunjang program
pengembangan klaster cabai merah di Kabupaten Garut, namun sampai sejauh ini dari hasil
kerjasama yang sudah berjalan sejak tahun 2011 belum dapat memberikan kepuasan bagi
semua pihak yang terlibat. Dalam klaster cabai merah masih terdapat permasalahan yang
mengindikasikan berbagai risiko. Fenomena permasalahan di atas memunculkan pertanyaan
penelitian yaitu kolaborasi kemitraart yang bagaimana yang dapat mengelola risiko yang
terjadi pada klaster yang dapat meningkatkan pendapatan petani cabai merah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dari risiko yang terjadi dan keterkaitan dari risiko-risiko itu,
selain itu penelitian ini juga menghasilkan suatu model kemitraan yang mampu mengelola
risiko yang terjadi. Dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini
menggunakan soft system dynamics methodology (SSDM) yang merupakan pendekatan
pemodelan berpikir sistemik yang dapat memahami situasi yang belum terstruktur dan
memuat berbagai komponen dan hubungan diantaranya yang menggunakan hubungan sebab
akihat (causal) sebagai dasar dalam memahami perilaku yang dinamis dari sebuah sistem
yang kompleks dalam mengkaji risiko yang terjadi pada klaster cabai merah.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa risiko produksi masih terjadi
yang dapat mempengaruhi pada pasokan cabai merah ke industri yang tidak sesuai dengan
kontrak perjanjian juga kualitas cabai merah yang belum sesuai dengan harapan. Hal ini
memicu pada terjadinya risiko pasar dan kelembagaan karena saling terkait dalam suatu
sistem juga akibat dengan terbatasnya sumber daya petani cabai merah dan kurangnya
dukungan dari berbagai pihak yang terlibat dalam klaster. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa klaster cabai merah terindikasi adanya risiko produksi, risiko pasar, dan risiko
kelembagaan yang terakumulasi dalam risiko keuangan.
Dalam upaya pengelolaan risiko yang terjadi, penelitian ini mengajukan tiga
kebijakanlskenario yaitu: (1) kebijakan teknologi naungan rainshelter, (2) kebijakan
pengalihan piutang melalui perusahaan anjak piutang, dan (3) kebijakan Asuransi kerugian
pertanian. Dalam mengelola risiko produksi yang terjadi, penggunaan teknologi naungan
rainshelter secara efektif memberikan dampak positif dari segi kuantitas juga dapat
meningkatkan kualitas on grade. Dengan skenario kebijakan pengalihan piutang melalui
anjak piutang (factoring), dan menghilangkan struktur piutang, kas petani meningkat
sehingga likuiditas petani semakin baik dalam melaksanakan usahatani cabai merah. Dengan
skenario asuransi pertanian sebagai salah satu komponen penting dalam manajemen risiko,
likuiditas petani cabai merah cenderung meningkat dalam jangka panjang sehingga
keberlanjutan usahatani cabai merah terus berlangsung.
Dalam upaya mengembangkan klaster cabai merah, model kemitraan yang dapat
diterapkan untuk mengelola risiko adalah model inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan
secara efisien dan berkelanjutan. Penerapan model tersebut seyogyanya didukung dengan
j>enguatan kelembagaan didalamnya serta kolaborasi yang lebih baik dari berbagai pihak
yang terkait dalam klaster cabai merah.
No copy data
No other version available