Dinamika Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mays L.) Akibat Pemberian Amelioran Lumpur Laut Cair Dan Pupuk Kotoran Sapi Pada Tanah Gambut
Dua percobaan lapangan untuk mempelajari pertumbuhan gulma pada penanaman
padi berbasis teknologi hem at air (IPAT-BO) guna menentukan cara
pengendalian gulma yang dapat menekan kehilangan hasil telah dilaksanakan dari
bulan April 2013 sampai Juli 2014 di lahan sawah Gabungan Kelompok Tani
Sadang Mukti Kampung Sadang Sari Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung Jawa Barat yang terletak pada ketinggian 668 m di atas
permukaan laut, jenis tanah Inceptisol, curah hujan rata-ratanya adalah 2273,7
mm per tahun, tipe iklim C3 menurut Klasifikasi Oldeman (1975). Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah benih padi varietas Sintanur.
Perccbaan pertama untuk mempelajari pengaruh cara pengairan dan jarak tanam
yang berbeda terhadap pertumbuhan gulma dan hasil tanaman padi berbasis
teknologi IPAT-BO, menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 3 ulangan,
dengan petak utama cara pengairan, yang terdiri dari empat taraf, yaitu : Cara
pengairan konvensional (tergenang 3-5 cm di atas permukaan tanah selama
pertumbuhan tanaman), Pengairan secara IPAT-BO dengan batas minimal-5 cm,
-10 cm dan -15 cm di bawah permukaan tanah. Anak petak adalah jarak tanam,
yang terdiri dari empat ratafyaitu : (30 x 25) cm, (30 x 30) cm, (30 x 35 ) cm, dan
(35 x 35 ) cm. Percobaan kedua untuk mempelajari pengaruh cara pengendalian
gulma yang berbeda pada perlakuan yang memberikan hasil terbaik pada
penelitian satu (cara pengairan secara IPAT-BO dengan batas minimal -5 cm di
bawah permukaan tanah dan jarak tanam 35 cm x 35 cm) terhadap pertumbuhan
gulma dan hasil tanaman padi sawah. yang terdiri dari 5 perlakuan (tanpa disiangi,
pengendalian secara manual pada umur 15 dan 45 HST, menggunakan herbisida
campuran penoxsulam + cyhalofop-butyl pada umur 15 HST, menggunakan
herbisida bispyribac-sodium pada umur 15 HST, dan menggunakan herbisida
campuran metil metsulfuron + 2,4 D garam natrium pada umur 15 HST) dan
diulang 3 kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa: Cara pengairan yang
berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan gulma,
dimana gulma yang tumbuh dominan pada pengairan secara konvensional pada
seluruh jarak tanam yang dicoba di umur 20, 40 dan 60 HST masing-masing
adalah L. octovalvis, P. oleracea dun A. sessilis (L.), sedangkan pada pengairan
secara IPAT-BO adalah L. octovalvis, F. milliacea, dan E. cruss-galli. Interaksi
antara cara pengairan sampai batas minimal -5 cm di bawah permukaan tanah
dan jarak tanam 35 cm x 35 cm memberikan hasil gabah kering giling terbaik
dibanding perlakuan yang lain (memberikan kenaikan hasil 57,73 %
dibandingkan dengan pengairan secara konvensional). Pengendalian gulma
menggunakan herbisida berbahan aktif 2.4 D + Methyl metsulfuron memberikan
hasil yang terbaik terhadap penekanan pertwnbuhan gulma dan hasil tanaman padi
dibandingkan perlakuan yang lainnya (meningkatkan hasil tanaman padi 47,97 %
dibanding pengendalian gulma secara manual).
No copy data
No other version available