Pengaruh prekursor triptofan terhadap pertumbuhan dan kandungan katarantin kultur agregat sel tapak dara (catharanthus roseaus)(L.) G. Don) dalam erlenmeyer dan bioreaktor airlift
PENGARITH PREKURSOR TRIPTOFAN TERHADAP PERTUIVIBUHAN
DAN KANDUNGAN KATARANTIN KULTUR AGREGAT SEL
TAPAK DARA (Catharantbus roseus (L) G. Don) DALAM ERLENMEYER
DAN BIOREAKTOR AIRLIFT
Oleh
Dingse Pandiangan
140130060009
Disertasi Doktor, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Di bawah bimbingan H. Karyono, Rizkita Rahmi Esyanti dan Anas Subareas
ABSTRAK
Banyak cara untuk meningkatkan kandungan metabolit sekunder dalam kultur jaringan, salah sate diantaranya adalah dengan penambahan pra7at (prekursor). Oleh karena itu telah dilakukan penelitian mengenai peningkatan produksi katarantin dalam kultur agregat sel C.roseus melalui penambahan triptofan sebagai prekursor dalam Erlenmeyer dan biorekator airlift yang didukung dengan pertumbuhan yang optimum. Penelitian ini menggunakan teknologi kultur in vitro dalam bioreaktor airlift bervolume 1,5 liter dengan sistim bacth. Penelitian dilakukan secara eksperimental di laboratorium pada 4 tahap. Konsentrasi prekursor triptofan digunakan dari 0-300 mg/L pada kultur kalus dan 0-250 mg/L pada kultur agregat sel. Pertumbuhan ditentukan dengan penimbangan berat basah dan berat kering serta pengamatan perubahan secara visual. Pemisahan protein digunakan metoda elektroforesis gel polia.krilamida¬SDS. Aktivitas TDC ditentukan dengan spektrofluorometer. Penentuan kandungan katarantin, IAA dan triptamin diukur dengan menggunakan Kromatografi Cain Kinerja Tinggi. Pertumbuhan dan kandungan katarantin kalus tapak dara meningkat sampai pada perlakuan optimum (triptofan 200 mg/L), Perlakuan triptofan dapat memperpanjang masa kultur kalus sampai 40 hari. Penambahan triptofan 150 mg/L meningkatkan pertumbuhan dan memperpanjang masa tumbuh agregat sel C.roseus. Pertumbuhan dan kandungan katarantin agregat sel tertinggi yang diberi perlakuan triptofan terjadi pada hari ke-14. Berat inokulum dan aerasi yang optimum untuk pertumbuhan maksimum adalah berat inokulum 30 g dengan aerasi 0,15 L/min dalam bioreaktor airy. Pertumbuhan maksimum kultur agregat sel terjadi pada perlakuan triptofan 200 mWL pada bioreaktor. Sel yang silinder atau memanjang paling banyak pada kultur agregat sel perlakuan triptofan 150 mg/L. Pertumbuhan dan kandungan katarantin yang optimum akibat perlakuan triptofan sejalan dengan penambahan ratio atau panjang sel. Penambahan triptofan dapat menginduksi sintesis protein dan aktivitas TDC pada kultur agregat sel C. roseus. Aktivitas TDC tertinggi terjadi pada perlakuan 250 mg/L setelah 10-14 hari kultur. Perlakuan triptofan menimbulkan protein barn terutama pita protein 30 dan 50 kDa pada hari ke 14 kultur. Perlakuan triptofan
dapat meningkatkan kandungan katarantin, IAA dan triptamin pada konsentrasi optimum (150-200 mg/L) setelah 14 hari kultur dalam Erlenmeyer. Berbeda dengan kultur pada bioreaktor, bahwa kandungan katarantin dan IAA meningkat, tapi triptamin menurun pada konsentrasi triptofan optimum (150-200 mg/L). Kandungan katarantin maksimum terjadi pada perlakuan T3 (150 mg/L) yaitu sebesar 50,96+1,87 lig/g bk pada Erlenmeyer dengan peningkatan 481,72 % dan pada perlakuan BT4 (200 mg/L) pada bioreaktor adalah 63,12+0,76 pg/g bk dengan peningkatan 301,74 %. Kesimpulannya adalah perlakuan prekursor triptofan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan katarantin pada konsentrasi optimum pada 150 mg/L dalam Erlenmeyer dan 200 mg/L dalam bioreaktor setelah 14 hari kultur.
Kata Kunci: Kandungan Katarantin, Prekursor Triptofan, Agregat sel, Catharanthus roseus, Bioreaktor airlift, Pertumbuhan
No copy data
No other version available