Hubungan Antaretnis Di kelurahan Sosrommenduran, Kecamatan Gedongtengen, Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami makna identitas etnis dalam
hubungan antaretnis di Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengan,
Y ogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan lingkungan kebudayaan dan
hipotesa kebudayaan dominan. Lingkungan kebudayaan menekankan pada arena
interaksi di mana batasan etnis dapat dikuatkan dan dileburkan, tergantung pada
tujuan interaksi. Hipotesa kebudayaan dominan menekankan adanya suatu
kebudayaan yang digunakan sebagai rujukan dalam berinteraksi di tempat UIDUID.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah observasi nonpartisipan
clan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah pejabat lokal,
pengurus dan anggota setiap paguyuban etnis, dan sebagian warga masyarakat
Sosromenduran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) warga pendatang mengadopsi
kebudayaan Jawa yang dominan di Yogyakarta, sebagai upaya adaptasi dengan
penduduk asli. 2) meski mengadopsi kebudayaan Jawa, warga pendatang masih
mempertahankan simbol identitas etnis mereka, dan mempertegas identitas
melalui kelompok sosial berdasarkan etnis. 3) batas yang digunakan untuk
menentukan identitas etnis seseorang, adalah dengan melihat cm fisik, asal-usul,
clan stereotip. 4) orang Jawa memaknai identitas etnis sebagai modal politik,
orang Minang memaknai identitas etnis sebagai modal ekonomi, perkawinan,
politik, dan pendidikan, orang Batak dan orang Tionghoa memaknai identitas
etnis sebagai modal ekonomi dan perkawinan. 5) perwujudan etnisitas terjadi
dalam kegiatan yang eksklusif etnis, seperti ulaon, kenduri, dan pertemuan rutin
kelompok sosial berdasarkan etnis, dan dalam kegiatan yang inklusif etnis seperti
ruwahan, arisan, perayaan imlek, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, pemerintahan
kelurahan Sosromenduran, dan dalam rapat RTIRW dan PKK.
No copy data
No other version available