Ideologi Studiklub Teater Bandung (STB) Ideology Of Studiklub Teater Bandung (STB)
Disertasi ini berjudul "Ideologi Studiklub Teater Bandung" (STB). STB merupakan
sebuah kelompok teater tertua yang masih ada di Indonesia. Kehadiran dan
konsistensinya dalam berkarya, terutama pada zaman Suyatna Anirun, memberi
pengaruh yang besar dalam perkembangan teater, baik di Indonesia dan (terutama) di
Bandung. Di Bandung, STB memiliki posisi istimewa, karena kelompok ini memiliki
daya sentripetal dan sentrifugal yang kuat. Dengan daya sentripetal, STB menjadi
magnit bagi orang-orang untuk belajar teater dan tu rut bergabung dengan kelompok
teater tersebut; dengan daya sentrifugal, karena keanggotaan STB bersifat terbuka,
maka banyak orang yang awalnya turut bergabung itu keluar dari STB dan
melakukan aktivitas berteater dengan kelornpok teat er yang berbeda. Oleh karena
posisinya seperti itu, maka STB penting untuk diteliti. Penelitian ini bertitik-tolak
dari pertanyaan: ideologi apa yang melandasi pertunjukan teater STB. Ideologi adalah
pandangan dari seseorang atau kelompok yang sudah dianggap benar dengan
sendirinya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, ditemukan bahwa
STB dipengaruhi oleh pandangan modernisme yang memandang manusia sebagai
pusat semesta. Ide ini diterjemahkan oleh Suyatna Anirun, sebagai salah satu
sutradara STB yang paling produktif, menjadi: teater adalah memanusiakan ide-ide.
Sebagai realisasi dari pandang itu, pertunjukan-pertunjukan teaternya STB senantiasa
menonjolkan posisi aktor sebagai pusat dari pertunjukan. Pemilihan naskah untuk
pertunjukan dan perwujudan tata pent as atau artistik yang dilaksanakan STB
senantiasa bertitik tolak dari pandangan yang telah dianggap benar dengan sendirinya
itu. Oleh karena posisi STB sangat istimewa, maka pandangan ini menjadi pandangan
dominan yang melandasi pertunjukan teater kelompok-kelompok teater yang lain di
Bandung. Hal ini dimungkin pula oleh po si si Suyatna yang memegang posisi, baik
sebagai redaktur budaya Koran Pikiran Rakyat maupun sebagai dosen matakuliah
Pemeranan dan Penyutrdaraan di STSI Bandung. Akan tetapi, meskipun ada
pandangan yang relatif sama yang menjadi landasan berteater, dalam perwujudannya
menghasilkan karya-karya teater yang berbeda. Hal itu terjadi sebab manusia tidak
pernah bisa menangkap utuh setiap gagasan yang diserapnya. Gagasan itu akan selalu
disaring sesuai dengan pengalaman dan kernampuan yang dimilikinya. Itulah
sebabnya terjadi perubahan kebudayaan.
No copy data
No other version available