Kelompok informasi masyarakat kraton kidul menuju masyarakat informasi yang sejahtera (studi etnografi komunikasi kelompok informasi masyarakat (KIM) Kraton Kidul Pekalongan Jawa Tengah)
Latar belakang penelitian ini terkait dengan Kelompok Inforrnasi Masyarakat
dalam transformasi sosial menuju masyarakat informasi yang sejahtera. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji pola komunikasi dan media komunikasi yang
digunakan KIM Kraton Kidul menuju masyarakat informasi yang sejahtera. Serta
menganalisis dinamika masyarakat Kraton Kidul dan mengembangkan model
komunikasi berbasis TIK yang digunakan KIM dalam proses penyebaran informasi.
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dengan metode etnografi
komunikasi, sehingga diharapkan mampu menemukan pola-pola komunikasi yang
digunakan dalam situasi, peristiwa, dan tindak komunikasi yang dilakukan KIM dalam
proses transformasi sosial menuju masyarakat inforrnasi yang sejahtera.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang digunakan KIM
dalam proses perubahan sosial menuju masyarakat informasi yang sejahtera meliputi :
grumungan, saur manuk, dan rembug warga. Media komunikasi yang digunakan KIM
dalam proses perubahan menuju masyarakat inforrnasi antara lain menggunakan : musik
Islam Jawan, woro-woro (gethok tular), koran "Suara Kampung", radio dan televisi,
selebaran, pameran, perpustakaan kampung "Omah Pinter", dan internet. Manajemen
pengelolaan KIM dan gaya komunikasi yang ada di KIM sangat kental dengan budaya
Jawa, bahkan budaya Jawa yang bersinergi dengan agama Islam menghasilkan
komunikasi kekeluargaan dan komunikasi kemitraan. Gaya komunikasi yang digunakan
juga menggunakan konsep Jawa, yaitu tipe kepemimpinan Rasta Brata.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa KIM Kraton Kidul telah mampu
mendorong masyarakat memanfaatkan inforrnasi untuk memasarkan produk baik
melalui media tradisional maupun berbasis pada TIK serta dengan melakukan jejaring
dengan berbagai instansi pemerintahan terkait (SKPD) yang ada. Melalui kegiatan
memasarkan produk tersebut, maka akan terbangun masyarakat informasi yang
sejahtera. Meskipun demikian, kesejahteraan sosial yang telah dicapai tidak hanya
diukur dari hal-hal yang bersifat material semata, namun ada keselarasan dengan
dimensi material dan spiritual. Dalam istilah Jawa dikenal dengan memayu hayuning
bawono, bahwa ketika manusia hidup harus menjaga ketentraman, kesejahteraan, dan
keseimbangan dunia. Oleh karenanya, perbedaan ukuran kesejahteraan terletak pada
budaya yang dianut suatu masyarakat merupakan suatu keniscayaan. Istilah masyarakat
informasi merupakan kesepakatan yang ditentukan bukan hanya oleh pasar, tetapi juga
oleh masyarakat informasi itu sendiri.
No copy data
No other version available