Prilaku komunikasi antar budaya eks pengungsi ternate di lingkungan masyarakat lokal kota Bitung
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menjelaskan perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi Ternate di lingkungan masyarakat lokal Kota Bitung. Adapun fokus penelitian ini, yaitu : untuk menemukan dan menjelaskan : (1) Motif eks pengungsi Ternate ke kota Bitting (2) Adaptasi eks pengungsi Ternate (3) ldentitas Budaya yang dipertahankan dan yang diserap oleh eks pengungsi Ternate (4) Hambatan dan pendorong perilaku komunikasi antar budaya apa yang ditemui eks pengungsi Ternate, serta (5) Konsep Diri eks pengungsi Ternate ketika berada di Kota Bitung, sehingga bisa memperoleh model perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi Ternate di lingkungan masyarakat lokal Kota Bitung.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Untuk itu pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan berbagai sumber, observasi partisipan, penelaahan dokumen, dan data apapun yang berhubungan dengan keberadaan eks pengungsi Ternate di kota Bitung. Subjek penelitian ini berjumlah 17 orang, yang terdiri dari 10 orang eks pengungsi Ternate, 2 orang masyarakat lokal, 2 orang aparat pemerintah, 1 orang tokoh masyarakat, I orang dari kepolisian dan 1 orang dari LSM. Teori Fenomenologis (Schutz), Teori Identitas Etnis (Frederik T. Barth), Teori Interaksi Simbolik (George H. Mead), dan Teori Dramaturgi (Erving Goffman) merupakan teori pendukung dalam penelitian ini untuk mengungkap fokus dan pertanyaan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan motif "untuk" (in-order-to motives), "motif tiba-tiba", dan motif "karena" (because motives) yang menyebabkan eks pengungsi Ternate ke kota Bitung. Adaptasi yang ditampilkan eks pengungsi Ternate adalah statis, situasional dan dinamis. Identitas budaya yang dipertahankan eks pengungsi Ternate berupa simbol verbal seperti bahasa atau dialek Ternate yang tidak bisa lepas dari keseharian eks pengungsi Temate, sedangkan bentuk simbol non-verbal berupa intonasi suara, makanan dan kebiasaan makan, berkumpul dengan eks pengungsi Ternate lainnya, dan tata cara kedukaan. Hambatan perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi Ternate ketika berada di lingkungan masyarakat lokal kota Bitung disebabkan faktor internal : latarbelakang budaya, psikologi, ciri-ciri fisik, jenis kelamin umur, dan faktor ekstemal : lokasi tempat tinggal. Sedangkan pendorong perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi Ternate di lingkungan masyarakat lokal kota Bitung disebabkan faktor internal : motivasi dan dorongan untuk bisa diterima oleh masyarakat lokal, untuk mempunyai kedudukan yang sama dengan masyarakat lokal, tidak ingin kembali lagi ke Ternate, keinginan untuk beradaptasi, keinginan untuk mempelajari budaya masyarakat lokal dan keinginan untuk mendapatkan pekerjaan. Dan faktor ekstemal : dukungan dari masyarakat lokal, pemerintah, kepolisian, tokoh masyarakat/agama, LSM. Adapun konsep diri yang terbentuk pada eks pengungsi Temate adalah konsep diri positif dan konsep diri negatif.
Kategori-kategori perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi Temate di lingkungan masyarakat lokal kota Bitung, yaitu : a. Perilaku Statis : Eks Pengungsi Ternate
Ekslusif; b. Perilaku Situasional : Eks Pengungsi Temate Toleran; c.
Perilaku Dinamis : Eks Pengungsi Ternate Pluralis. Perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi Ternate ini ditentukan oleh bagaimana diri mereka berinteraksi dengan lingkungan masyarakat lokal Kota Bitung serta menafsirkan berbagai simbol budaya yang ada serta perilaku komunikasi antarbudaya eks pengungsi itu sendiri.
Kata Kunci : Perilaku Komunikasi Antarbudaya, Adaptasi, Identitas Buday
No copy data
No other version available