Pengaruh Cryoteraphy terhadap tingkat persepasi nyeri pada insersi arteriovenosa fistula pasien hemodialisis di rumah sakit margono soekarjo purwokerto
Latar Belakang: Pasien hemodialisis akan mengalami nyeri pada saat dilakukan
insersi pada arteriovenosa fistula, hal ini disebabkan karena kanul yang besar.
Meskipun insersi pada arteriovenosa fistula menyebabkan nyeri, tidak
direkomendasikan untuk dilakukan anastesi lokal karena akan menimbulkan
vasokonstriksi, sensasi terbakar, bekas luka dan infeksi pada arteriovenosa fistula.
Peran perawat sebagai care giver adalah dengan meminimalisasikan efek
emosional dan fisik dari prosedur yang menyakitkan melalui pendekatan
manajemen nyeri non farmakologis salah satunya dengan metoda cyotherapy.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cryotherapy
terhadap tingkat persepsi nyeri saat dilakukan insersi arteriovenosa fistula pada
pasien hemodialisis di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.
Metode: Rancangan penelitian menggunakan quasy exsperimental, post test
design only dengan pendekatan repeated measures. Teknik pengambilan sampel
dengan purposive sampling, subjek 33 orang dengan 3 kali perlakuan: tanpa
intervensi, placebo dan cyotherapy. Pada kelompok tanpa intervensi tidak
diberikan perlakukan. Pada kelompok placebo dilakukan kompres kasa basah
yang di tempel pada titik LI4 selama 5 menit yang berlanjut hingga 2 menit
selama dilakukan inseri. Pada kelompok cryotherapy dilakukan pasien akan
mendapat perlakuan dengan cryotherapy dengan air dingin dengan suhu 13,6oC
selama 10 menit yang berlanjut hingga 2 me nit selama dilakukan insersi. Setelah
insersi dilakukan pengukuran persepsi nyeri menggunakan kuisioner Numeric
Pain Rating Scale. Selanjutnya data dianalisis menggunakan Friedman Test.
Hasil: Hasil menunjukan skor nyeri tanpa intervensi (median =5), placebo
(median =4) dan cryotherapy (median =2). Hasil uji Friedman test p=O,OOl.
Dengan demikian tingkat nyeri pada tanpa intervensi berbeda dengan tingkat nyeri
pada placebo (p=O,OO 1), tingkat nyeri pada tanpa intervensi berbeda dengan
cryotherapy (p=O,OOl) dan tingkat nyeri pada placebo berbeda dengan
cryotherapy (p=O,OOl).
Kesimpulan: Cryotherapy menunjukkan tingkat persepsi nyeri lebih rendah
dibandingkan tanpa intervensi dan placebo. Dengan demikian cryotherapy
menurunkan tingkat persepsi nyeri pada insersi arteriovenosa fistula pada pasien
hemodialisis, sehingga dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi mandiri
keperawatan dalam menurunkan nyeri pada insersi arteriovenosa fistula pasien
hemodialisis.
No copy data
No other version available