jurnalisme damai dalam pemberitaan konflik
Konflik merupakan sesuatu yang 'dinanti' dan diburu oleh media. Karena dengan
melakukan pemberitaan konflik media bisa meningkatkan rating. Semakin besar
konflik semakin tinggi pula peluang media tersebut diburu orang. Namun dalam
tugasnya, tidak sedikit media yang memelintir fakta, dengan harapan beritanya
menjadi pilihan pembaca. Media alih-alih menjadi solusi at as konflik, tetapi
malah menjadi pemantik konflik.
Di dalam salah satu genre jumalisme modem, dikenal jumalisme damai
untuk meliput konflik. Namun pada praktiknya media pun dipengaruhi beberapa
faktor, seperti ekstra media, rutinitas media dan ideologi media. Dan di antara
media yang menganut prinsip jumalisme damai adalah Pikiran Rakyat, yang
dikenal sebagai media santun dan lembut. Kemudian Republika, yang diklaim
sebagai media Islam. Namun label kedua media tersebut menyisakan pertanyaan,
apakah kedua media ini benar-benar mempraktikkan jumalisme damai dalam
pemberitaan konflik Ahmadiyah di Jawa Barat?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus, dengan harapan ini bisa mengetahui proses meliput, kebijakan redaksi,
sumber informasi, dan prinsip kerja dalam pemberitaan konflik Ahmadiyah di
Harian Umum Pikiran Rakyat dan Republika dalam perspektifjunalisme damai.
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa fakta, pertama, proses liputan
jumalis dalam konflik Ahmadiyah melalui tahap pengumpulan informasi,
pengujian, pemetaan dan jumalis meliput ke lapangan. Pad a proses ini, kedua
media telah mempraktikkan jumalisme dam ai, yaitu pada proses informasi yang
diterima media (jurnalis) dipetakan konflik prakekerasan sehingga mudah mencari
jalan damai.
Kedua, kebijakan redaksi dalam penentuan isu, kriteria jurnalis, bahasa
berita, pemuatan berita sudah memenuhi standar jurnalisme damai. Di mana
kedua media ini senantiasa meminta jurnalisnya melaporkan dari daerah konf1ik
nail menghindari perbedaan antara kedua pihak yang sedang bertikai, menghindari
adjektif, menghindari label negatif.
Ketiga, sumber berita dalam pemberitaan konf1ik Ahmadiyah sudah sesuai
dengan kaidah jumalisme damai, yaitu dalam setiap pemberitaannya kedua media
meminta para jurnalisnya untuk melibatkan narasumber dari kedua belah pihak
yang bertikai dengan identitas yang benar.
Keempat, prinsip kerja dalam meliput konflik Ahmadiyah kedua media
merujuk pada Kode Etik Jurnalistik. Mengenai junalisme damai dalam rneliput
konflik, hanya sebagian jurnalis yang tahu, dan jurnalisme darnai ini belum
sepenuhnya dipraktikkan, hanya sebatas pengetahuan dan beberapa point dari
prinsip jurnalisme damai yang dijadikan acuan dalam meliput kontlik Ahmadiyah.
No copy data
No other version available