Partisipasi remaja dalam program komunikasi kesehatan reproduksi remaja (krr)
Terdapat beberapa isu yang saat ini dihadapi remaja dan salah satunya adalah
tentang kesehatan reproduksi remaja, termasuk hak-hak mereka untuk mendapatkan
informasi dan layanan untuk melindungi mereka dari resiko penyakit sexual menular dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk dipahami bahwa agar intervensi pembangunan
dapat diterima oleh khalayak dalam hal ini remaja, maka perlu partisipasi remaja dalam
setiap tahapan program intervensi kesehatan reproduksi remaja. Dalam penelitian ini,
pelibatan remaja Youth Advisory Panel (YAP) dalam program komunikasi advokasi
kesehatan reproduksi remaja bersama lembaga mitra pembangunan, United Nations
Population Fund (UNFPA) - adalah kunci keberhasilan sebuah program intervensi.
Partisipasi ini penting terutama untuk memberikan kesempatan dan pemenuhan hak
mereka, dan salah satunya hak berpartisipasi dalam perancanaan, implementasi temasuk
monitoring dan evaluasi program UNFPA.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Studi kasus digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini
memiliki suatu keunikan yaitu meneliti partisipasi remaja anggota YAP Jakarta dalam
program komunikasi advokasi KRR, sementara mereka sendiri juga sebagai kelompok
sasaran dalam program tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teori fenomenologi, interaksi simbolik dan partisipasi masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja anggota YAP memaknai kosep
program tersebut sebagai media informasi dan pengetahuan yang dapat diakses dan
diberikan untuk remaja secara ramah remaja. Selain itu program ini dimaknai mereka
sebagai sebuah konsep untuk melegalkan dan cara yang sistematis untuk mempengaruhi
pemangku kebijakan yang terkait dengan isu - isu KRR. Partisipasi anggota remaja YAP
dalam implementasi program komunikasi advokasi KRR pada penelitian ini terbukti
sangat dibutuhkan, karena mereka lebih tahu tentang kebutuhan dan kondisi remaja di
lapangan. Dan dalam aplikasinya, intevensi program menggunakan pendekatan temasuk
bahasa yang diterima oleh remaja. Selain dari pada itu, baiknya interaksi yang terjalin di
antara para anggota remaja, yang menganggap sesama anggota YAP sebagai rekan kerja,
teman, sahabat bahkan saudara, menyebabkan komunikasi di antara mereka menjadi lebih
efektif. Mereka tidak menggunakan sistim otoriter dalam berinteraksi dengan sesama
anggotanya. sikap kekeluargaanlah yang sangat dijunjung. Untuk mengatasi hambatan
dalam berkomunikasi maka para anggota YAP membuat jadwal regular meetings dan
komunikasi via email. Mereka juga membangun web YAP Indonesia sebagai wadah dan
alternative mereka untuk berkomunikasi.
No copy data
No other version available