Resitensi terhadap "100% cup" untuk penanggulangan HIV/AIDS di kota bandung, jawa barat
Nama
NPM
Judul Tesis
Emeraldy Chatra (2011)
210120080002
Resistensi terhadap "100% CUP" untukPenanggulangan
HIVIAIDS di Kota Bandung, Jawa Barat, Studi Naturalistik
tentang Penolakan Kultural-Ideologis
Prof.Dr.Hj.Nina W Syam, MS
Drs.Dadang Sugiana.MiSi
Pembimbing
100% Condom Use Program (CUP) atau Program Penggunaan Kondom
100% adalah program internasional yang menganjurkan penggunaan kondom
dalam kegiatan seksual yang bertujuan untuk mencegah penularan mY/AIDS.
Namun di Indonesia program ini tidak berhasil secara signifikan karena muncul
resistensi di tengah masyarakat. Pertanyaan pokok penelitian adalah apa yang
dipikirkan orang ten tang kondom, konstruksi sosial seperti apa yang mereka
bangun, model dan praktik komunikasi seperti apa yang digunakan kelompok
dominan sehingga gagal mengeliminasi resistensi, dan bagaimana relasi kuasa
berperan dalam munculnya resistensi. Peneliti membagi subjek atas tiga kategori,
yaitu Kelompok Subordinat A (aktivis organisasi Islam), Kelompok Subordinat B
(pelaku bisnis prostitusi dan penikmat) dan Kelompok Dominan (pendukung
100% CUP).
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dengan menggunakan
pendekatan dan metode kualitatif (naturalistic inquiry). Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Fokus
penelitian adalah pengalaman komunikasi subjek terkait dengan isyu kondom dan
HIV/AIDS, simbol-simbol yang digunakan, tema-tema pesan, pola penyebaran
resistensi serta pandangan-pandangan ideologis dan model komunikasi dari
kelompok dominan dan kelompok subordinat dalam konteks relasi kuasa yang
dapat menumbuhkan sikap resisten terhadap kondom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengalaman komunikasi
yang berbeda secara berarti diantara kelompok-kelompok subjek yang diteliti.
Demikian juga simbol-simbol, tema-tema pesan dan pola penyebaran resistensi.
Perbedaan ini, disamping mengakibatkan terjadinya ketidaktahuan tentang
program, ia juga menyebabkan terjadinya interpretasi yang berbeda terhadap
100% CUP bahkan kemudian saling bertentangan. Perubahan iklim demokrasi di
Indonesia pasca-Soeharto mempunyai kontribusi tersendiri dalam munculnya
resistensi terbuka terhadap 100% CUP.
No copy data
No other version available