Seroprevalensi Imunoglobulin G anti Herpes Simplex Virus Type 1 dan type 2 pada Wanita Penjaja Seks di Saritem Bandung
Prevalensi herpes genitalis dilaporkan meningkat pesat di berbagai negara di
dunia selama dua dekade terakhir. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena sebagian besar kasus bersifat asimtomatik,
morbiditas dan angka rekurensinya yang tinggi, serta menimbulkan dampak
psikososial bagi penderitanya. Data mengenai prevalensi infeksi herpes simplex virus
(HSV) di Indonesia masih terbatas. Pemeriksaan serologik bermanfat untuk
mengetahui prevalensi infeksi HSV pada suatu populasi karena dapat mendeteksi
penderita asimtomatik. Identifikasi infeksi HSV pada kelompok risiko tinggi sangat
penting dalam upaya pengendalian penyakit ini, tennasuk mencegah transmisi virus
secara seksual dan perinatal, serta menurunkan risiko transmisi infeksi human
immunodeficiency virus (HIV).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui seroprevalensi imunoglobulin G
(IgG) anti herpes simplex virus type J (HSV-1) dan anti herpes simplex virus type 2
(HSV-2) pada wanita penjaja seks (WPS) serta mengetahui karakteristik
sosiodemografik dan perilaku seksual yang terdapat pada populasi ini.
Penelitian dilakukan terhadap WPS di Saritem Bandung dari tanggal 19 Juli
sampai dengan 29 Agustus 2005. Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei
po tong lintang dengan analisis deskriptif. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
dipilih secara random sampai didapatkan 98 orang. Penelitian meliputi wawancara
untuk pengisian kuesioner, pemeriksaan venereologik, dan pemeriksaan laboratorium
untuk mendeteksi IgG anti HSV-1 dan IgG anti HSV-2 dengan metode enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA). Pada penelitian ini digunakan Human ELJSA JgG
antibody test for HSV-J and HSV-2®. Data karakteristik sosiodemografik dan perilaku
seksual subjek penelitian disajikan secara deskriptif.
Basil penelitian terhadap 98 WPS menunjukkan seroprevalensi IgG anti
HSV-l sebesar 97,96% dan seroprevalensi IgG anti HSV-2 sebesar 97,96%. Status
seropositif IgG anti HSV-1 dan anti HSV-2 dimiliki oleh 96,94% subjek penelitian;
1,02% subjek memiliki status seropositif IgG anti HSV-1 saja; 1,02% subjek
memiliki status seropositif IgG anti HSV-2 saja; dan 1,02% subjek memiliki status
seronegatif terhadap kedua virus tersebut.
Karakteristik sosiodemografik subjek penelitian adalah sebagai berikut,
kelompok usia terbanyak antara 20-24 tahun (52,0%), usia termuda 16 tahun, usia
tertua 31 tahun, dan usia rata-rata 21,1 tahun; latar belakang pendidikan terbanyak
setingkat SD (63,3%); status marital terbanyakjanda (60,2%); Indramayu merupakan
daerah asal terbanyak (48,0%); 48,0% subjek penelitian memiliki pendapatan rata
rata lebih dari Rp. 100.000,00 sampai Rp. 200.000,00 dalam satu hari.
Karakteristik perilaku seksual subjek penelitian didapatkan bahwa usia
termuda saat pertama kali berhubungan seksual adalah 12 tahun; 67,4% subjek
penelitian pertama kali berhubungan seksual pada usia 12-17 tahun. Menjadi WPS
merupakan pekerjaan utama semua subjek penelitian dengan alasan utama kesulitan
ekonomi. Jumlah tamu lebih dari 3 orang dalam satu hari diakui oleh 78,6% subjek
111
IV
penelitian; 91,9% subjek melakukan hubungan seksual secara kelamin-kelarnin dan
mulut-ke1amin. Penggunaan kondom oleh tamu pada rata-rata 25% hubungan seksual
diakui 51,0% subjek penelitian dengan alasan utama tamu menolak menggunakan
kondom.
Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan angka seroprevalensi IgG anti
HSV-1 dan IgG anti HSV-2 yang sangat tinggi pada populasi WPS di Saritem
No copy data
No other version available