Seroprevalensi Sefilis Pada Wanita Penjaja Seks di Saritem Bandung
Penyakit sifilis merupakan masalah di berbagai belahan dunia, karena
apabila tidak diobati dapat menimbulkan berbagai komplikasi, juga memudahkan
penularan human immunodeficiency virus (HIV). Penapisan sifilis perlu dilakukan
pada wanita penjaja seks, karena kelompok ini merupakan kelompok risiko tinggi
untuk mendapat infeksi menular seksual termasuk sifilis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seroprevalensi sifilis pada
wanita penjaja seks di Saritem Bandung dan untuk mengidentifikasi karakteristik
maupun perilaku seksualnya.
Penelitian dilakukan dengan survei potong lintang pada wanita penjaja
seks di Saritem, yang dilaksanakan dari tanggal 19 Juli hingga 26 Agustus 2005.
Jumlah war.ita penjaja seks yang menjadi subjek penelitian ini adalah 100 orang.
Semua subjek penelitian diwawancara mengenai karakteristik serta perilaku
seksual mereka, selanjutnya dilakukan pemeriksaan serologik untuk sifilis.
Diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan serum yang reaktif
dengan pemeriksaan rapid plasma reagin serta pemeriksaan Treponema pallidum
haemagglutination assays.
Hasil penelitian ini menunjukkan seroprevalensi sifilis adalah 10%.
Sembilan dari 10 orang wanita penjaja seks yang seropositif asimtomatik.
Karakteristik wanita penjaja seks di Saritem sebagian besar berusia 20-21 tahun,
berpendidikan rendah, dengan status marital janda cerai, serta berasal dari
Indramayu. Perilaku seksual subjek penelitian, sebagian besar pertama kali
berhubungan seksual pada usia 17 tahun, pasangan seksual pertama kali adalah
suami, berhubungan seksual dengan cara genitogenital dan orogenital, serta
jumlah tamu perhari 4-6 orang.
Kesimpulan penelitian ini adalah penapisan sifilis perlu dilakukan pada
wanita penjaja seks untuk mendeteksi kasus sifilis yang asimtomatik.
No copy data
No other version available