Perubahan Kelembaban Kulit Pada Penderita Dermatitis Atopik Setelah Pengolesan Krim Urea 10 %
Dermatitis atopik (DA) terjadi dari interaksi yang kompleks antara faktor
faktor genetik, imunologik, farmakologik dan lingkungan. Perjalanan penyakitnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan biologik yang disebut sebagai 'flare
factors', diantaranya adalah kulit kering. Pada kulit penderita DA terjadi gangguan
fungsi sawar epidermal, ditandai dengan kandungan air stratum komeum / skin
capasitance (SC) yang lebih rendah dan transepidermal water loss (TEWL) yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kulit normal. Akibat kulit yang kering tersebut,
ambang rangsang gatal menjadi rendah, menimbulkan sensasi dan rangsangan
menggaruk. Garukan menjadi pencetus kerusakan kulit yang dapat menimbulkan
sensasi gatal dan terjadi rangsangan untuk menggaruk secara berulang, dikenal
sebagai fenomena siklus gatal-garuk-gatal. Pemberian pelembab merupakan pilihan
terapi untuk memperbaiki kekeringan kulit pada DA dan dapat mengurangi gatal.
Pelembab akan meningkatkan nilai SC dengan cara meningkatkan absorbsi air
perkutan dan menurunkan TEWL. Urea dengan konsentrasi kurang atau sama dengan
10% berfungsi sebagai pelembab, yang sejak 20 tahun terakhir banyak digunakan
untuk pengobatan kulit kering.
Dilakukan penelitian dengan rancang paralel yang bertujuan untuk
membandingkan perubahan kelembaban kulit yang kering pada penderita DA selama
penggunaan krim urea 10% selama 2 dan 3 minggu dan setelah penghentian krim
urea 10%, dengan mengukur SC dan TEWL. Pemilihan subyek penelitian dilakukan
secara acak antrian terhadap penderita DA berumur diatas atau sama dengan 5 tahun
yang berobat ke Unit Rawat Jalan IP Kulit dan Kelamin Perjan RS. Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan kriteria Svensson.
Pengukuran SC menggunakan komeometer (Komeometer CM 825) dan pengukuran
TEWL menggunakan Tewameter (Tewameter TM 300). Pelembab yang digunakan
adalah krim urea 10% dalam vehikulum Na pidolat 2%, Na laktat 2% dan minyak
nabati.
Penelitian ini mengikutsertakan subyek penelitian sebanyak 46 penderita DA,
sedangkan untuk pembanding nilai se dan TEWL awal, diperiksa 21 individu non
atopi. Subyek penelitian dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok I (23 orang) yang
menggunakan krim urea 10% selama 2 minggu dan kelompok II (23 orang) yang
menggunakan selama 3 minggu. Pada penelitian ini nilai TEWL tidak dapat
dievaluasi karena hasilnya tidak beraturan yang kemungkinan disebabkan karena
banyaknya bias teknis pemeriksaan, sehingga kelembaban kulit hanya dinilai dari
nilai Se. Dari pengukuran nilai awal didapatkan bahwa kulit penderita DA lebih
kering dibandingkan dengan individu non atopi, ditandai dengan nilai se yang lebih
rendah pada DA (SC=40,3) dibandingkan non atopi (SC=52,8) dengan perbedaan
yang sangat bermakna (p
No copy data
No other version available