PENGELOLAAN HUTAN ULAYAT DENGAN SISTEM ZONASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP DIVERSITAS BURUNG DAN BENTUK PEMANFAATAN BURUNG OLEH MASYARAKAT DI NAGARI SIMANAU KABUPATEN SOLOK SUMATERA BARAT
PENGELOLAAN HUTAN ULAYAT DENGAN SISTEM ZONASI
DAN PENGARUHNYA TERHADAP DlVERSITAS BURUNG
DAN BENTUK PEMANFAATAN BURUNG OLEH MASYARAKAT
DI NAGARI SIMANAU KABUPATEN SOLOK SUMA TERA BARA T
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada kawasan hutan ulayat yang dikelola dengan sistem
zonasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Nagari Simanau Kabupaten Solok,
Sumatera Barat. Hutan dibagi menjadi tiga zona sesuai peruntukannya yaitu: 'hutan
larangan', 'hutan cadangan', dan 'hutan olahan'. Tujuan penelitian adalah untuk
mengkaji bentuk implementasi kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan pada masingĀ
masing zona, mengkaji komposisi dan struktur vegetasi yang terbentuk serta
pengaruhnya terhadap keanekaragaman jenis burung yang hidup di dalarnnya. Selain itu
dikaji juga bentuk pemanfaatan langsung satwa burung oleh masyarakat sebagai bagian
dari sumberdaya hutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif untuk menganalisis komposisi jenis
vegetasi dan satwa burung dan metode kualitatif untuk mengkaji bentuk kegiatan
pengelolaan hutan serta bentuk pemanfaatan jenis burung yang dilakukan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi pada hutan larangan masih tetap
terpertahankan kealamiannya dan sangat sedikit aktifitas manusia yang dijumpai.
Tegakan vegetasi pada hutan cadangan mengalami perubahan akibat aktifitas
penebangan selektif. Sedangkan hutan olahan mengalami perubahan terbesar akibat
praktek penebangan pohon dan aktifitas perladangan. Hutan larangan memiliki
komposisi dan struktur vegetasi yang paling kompleks dengan indeks keanekaragaman
(H') sebesar 3,69. Kemudian disusul oleh hutan cadangan dengan nilai H' sebesar 3,27.
Tingkat keanekaragaman vegetasi hutan olahan paling rendah dengan H' = 2,88.
Keanekaragaman vegetasi berbanding lurus dengan keanekaragaman jenis burung
dimana hutan larangan juga memiliki indeks keragaman burung tertinggi dengan H' =
3,75. Hutan cadangan lebih rendah dengan H' sebesar 3,42. Sedangkan hutan olahan
paling rendah dengan H' sebesar 3,25.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat Simanau memanfaatkan
burung untuk berbagai kegunaan yaitu untuk dikonsumsi, dijadikan satwa peliharaan dan
sebagai komoditas satwa yang diperdagangkan.
No copy data
No other version available