THE AUSPICES OF THE SOUTH CHINA SEA DISPUTE IN THE FRAMEWORK OF THE ASEAN POLITICAL SECURITY COMMUNITY
Berberapa warta berita mengenai sengketa Laut Cina Selatan (SCS) didominasi
oleh masalah konfrontasi yang terjadi di wilayah yang sedang disengketakan.
Fokus dalam upaya menyelesaikan sengketa biasanya lebih berfokus pada peran
yang dimainkan oJeh organisasi regional, dibandingkan pada peran yang
dimainkan oleh sebuah rezim regional, misalnya rezim regional seperti Komunitas
Politik Keamanan ASEAN (APSC). Dengan pengamatan ini, tesis ini berusaha
untuk mengetahui bagaimana APSC mengelola sengketa SCS dalam upaya
mempertahankan perdamaian dan keamanan regional. Sengketa maritim ini yang
berpotensi kaya sumber daya alam dan juga mencakup jalur laut strategis untuk
perdagangan melibatkan enam negara yaitu: Cina, Taiwan dan empat negara
anggota ASEAN yaitu Filipina, Malaysia, Vietnam dan Brunei DarussaIam.
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat pendekatan
eksplanatori. Peneliti memakai teknik wawancara yang semi-terstruktur dan
berbagai sumber dokumentasi untuk pengumpulan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara-negara anggota ASEAN,
menerapkan Track I diplomasi, Track II diplomasi, Mekanisme Confidence
Building (CBMs) dan diplomasi preventif agar sengketa di Laut Cina Seletan
tidak meningkat sampai menjadi konflik langsung. Temuan tesis ini juga
menjelaskan bahwa sebagai sebuah rezim regional APSC tidak memiliki
kekuasaan untuk menentukan perlaku negara anggotanya. Akan tetapi, APSC
sedang meperbaiki tantangan di antara negara anggotanya dan sedang menatarkan
mekanismenya dalam upaya meenyelesaikan sengketa ini. Dengan demikian,
negara-negara anggota ASEAN terus beroptimis, mereka terus berharap dan
percaya bahwa dalam masa depan, APSC akan bisa meminimalkan konflik antara
anggotanya dan akan bisa mengurangkan konflik di wilayah disekitamyajuga.
No copy data
No other version available