PERILAKU MEMILIH GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR (PILGUB) JAWA BARAT TAHUN 2008 (Studi Kasus di Kecamatan Coblong Kota Bandung)
ERILAKU MEMILm GOLPUT DALAM PEMILllIAN GUBERNUR
(pILGUB) JAW A BARAT T AHUN 2008
(Studi Kasus di Kecamatan Coblong Kota Bandung)
Penelitian ini memfokuskan pada perilaku memilih Golput dalam
pemilihan Gubernur Jawa Barat pada tahun 2008 lalu yang secara spesiftk terjadi
di Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Sebagai salah satu kawasan perkotaan
yang dimana jumlah tingkat Golputnya termasuk paling tinggi di Kota Bandung,
Kecamatan Coblong menjadi menarik untuk diteliti. Lebih jauh lagi, Cob long
adalah sebuah kecamatan yang cukup potensial dan penduduknya memiliki status
sosial dan jenis mata pencaharian yang beragam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan berdasarkan kepada
penelitian lapangan dan studi kepustakaan yang dimana sang peneliti bertindak
sebagai bagian dari instrument penelitian. Metode pengumpulan data ditempuh
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Berdasarkan analisis data dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
pemilih Golput di Kecamatan Cob long didominasi oleh kalangan intelektual yang
memiliki tingkat pendidikan yang baik dan berpikiran ideal is. Oleh karena itu,
karekteristik pemilih Golput di Kecamatan Cob long sebagian besar adalah mereka
yang dengan sengaja menolak untuk memberikan hak suaranya pada saat hari
pemilihan dan hal itu ditunjukkan oleh jumlah surat suara tidak sah yang terdapat
di beberapa tempat pemungutan suara di kawasan tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku dari para pemilih Golput di Kecamatan Coblong antara
lain yaitu aspek internal dalam diri para pemilih, sikap apatis dan kurangnya
sosialisasi dari penyelenggara Pilgub Jawa Barat.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah terbesar dari penduduk
yang tidak menggunakan hak pilihnya terhadap ketiga kandidat yang
berpartisipasi dalam Pilgub Jabar tersebut kebanyakan adalah kalangan pelajar /
mahasiswa dan pedagang.
Sebagai penutup, ada dua rekomendasi yang dapat diberikan oleh
penelitian ini. Pertama, sosialisasi untuk seluruh tahapan pemilihan (baik Pilpres,
Pilgub, maupun Pilwalkot / Pilbup) sangatlah penting dan oleh karena itu harus
ditempatkan sebagai prioritas utama. Kedua, pendidikan politik untuk seluruh
pemilih potensial merupakan aspek penting lainnya yang akan mempengaruhi
hasil dari suatu pemilihan sehingga tidak boleh diabaikan oleh penyelenggara
pemilu.
No copy data
No other version available