KAJIAN POLA PERMUKIMAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus Desa Krebet Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo Jawa Timur)
KAJIAN POLA PERMUKIMAN MASYARAKAT DESA
(STUDI KASUS DI DESA KREBET KECAMATAN JAMB ON
KABUPATEN PONOROGO)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pennukiman masyarakat
desa. Adapun hal-hal yang dikaji adalah mengenai pola pennukiman, faktor
pembentuk pola pennukiman, sikap/perilaku masyarakat yang mendiarni
lingkungan pennukiman berdasarkan wawasan lingkungan yang mereka miliki,
dan keberlanjutan lingkungan pennukiman itu sendiri. Penelitian ini
menggunakan pendekatan mix-method, dimana data kualitatif diperoleh untuk
mengkaji pola pennukiman yang dimiliki suatu desa, sedangkan kuantitatif
diperoleh untuk menjawab faktor yang membentuk pola pennukiman hingga
keberlanjutan lingkungan pennukiman. Penelitian ini dilakukan di Desa Krebet
Kec. Jambon Kab. Ponorogo. Adapun pemilihan wilayah ini adalah dikarenakan
wilayah tersebut memiliki sifat/ciri khusus dimana terdapat masyarakat yang
mengidap keterbelakangan mental maupun fisik. Dari perbedaan sifat itulah, perlu
dikaji mengenai keberlanjutan lingkungan yang didiami oleh masyarakat di Desa
Krebet dengan bertujuan agar lingkungan pennukimannya menjadi lebih
berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) melalui .
wawasan lingkungan.
Hasil penelitian menunjukan adanya dua pola pennukiman yang dimiliki
oleh Desa Krebet, yaitu pola cluster dan linear. Pola cluster dibentuk berdasarkan
adanya faktor sosial budaya dimana prinsip mangan ora mangan sing penting
ngumpul menjadi faktor penentu keberadaan masyarakat Desa Krebet pada pola
cluster, sedangkan pola linear dibentuk berdasarkan faktor kebutuhan ekonomi
masyarakat yang saling menggantungkan dan faktor lain penentu. Kemudian jika
dikaji dari segi masyarakat, Desa Krebet 65,56% masih belum memiliki konsep
pengetahuan mendalam mengenai lingkungan pennukiman berkelanjutan,
sehingga secara kuantitatif lingkungan pennukiman di Desa Krebet masih belum
berkelanjutan. Status keberianjutan lingkungan pennukiman pada pola cluster
adalah 58,61% dengan kategori tidak berkelanjutan, sedangkan pada pola
permukiman linear berada pada 59,21%. Dengan angka tersebut, pola
permukiman linear dapat dikatakan lebih berkelanjutan jika dibandingkan dengan
pola permukiman cluster.
No copy data
No other version available