HUBUNGAN KECENDERUNGAN SHAME DAN KECENDERUNGAN GUILT SERTA MOTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA DI 3 SMA KOTA BANDUNG
Aksi agresi banyak terjadi di kalangan remaja, dari mulai agresi verbal (menghina,
mengolok-olok,mencaci-maki),dan agresi fisik (memukul,mendorong) sampai pada agresi yang
menyebabkan konsekuensi yang lebih fatal seperti pembunuhan. Kerugian yang disebabkan oleh
perilaku agresif meliputi kerugian materi dan immateriil. Bukan hanya luka fisik dan luka
psikologis yang diderita oleh korban, perilaku agresif bahkan dapat menjadi sumbangan bagi
proses belajar perilaku anak-anak yang melihat aksi agresi terse but terjadi di lingkungannya.
Agresi menurut Berkowirtz (1995) adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental.
Averil/'s (1982) mendefinisikan agresi sebagai komponen meluapkan perasaan-perasaan
negatif, yaitu amarah. Lebih jauh Averill 's (1982) mengungkapkan bahwa perilaku agresif itu
sendiri bukan merupakan respon dominan dari amarah yang dirasakan oleh individu. Dari studi
yang dilakukannya ia juga menemukan bahwa terdapat pula episode kemarahan dari individu
yang tidak direspon dengan agresi. Dengan demikian, individu dapat merespon amarah yang
dirasakannya dengan cara yang agresif ataupun tidak. Averill's (1982) mengembangkan kerangka
teori agresi dengan membaginya ke dalam 4 kategori perilaku agresif yaitu direct aggression,
indirect aggression, displaced aggression dan self-directed aggression. Secara detail averill's
(1982) juga mengungkapkan motif dibalik agresi tersebut menjadi motif malevolent (hasrat
menunjukkan rasa tidak suka terhadap target kemarahan, hasrat membalas dendam dan hasrat
memutuskan hubungan), motif fractious (hasrat memendam amarah hingga mereda), dan motif
costructive(hasrat memperbaiki dan memperkuat hubungan dengan target kemarahan dan hasrat
untuk membicarakan persoalan dengan target).
Peneliti ingin melihat bagaimana individual differences dalam kecenderungan shame dan
kecenderungan guilt pada remaja terkait pada cara remaja mengendalikan amarahnya. Peneliti
melakukan penelitian untuk melihat hubungan kecenderungan shame dan kecenderungan guilt
dengan perilaku agresif saat remaja merasa marah disertai dengan motif dibaliknya. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menguji ada tidaknya hubungan antara
kecenderungan shame dan kecenderungan guilt dengan perilaku agresif pada remaja. Tangney,
Wagner, et al., (1996), menemukan bahwa individu dengan kecenderungan shame lebih
memungkinkan melakukan hal-hal yang tidak konstruktif dengan amarahnya. Individu dengan
kecenderungan shame juga terkait dengan motif malevolent dan fractious, juga dengan berbagai
kategori perilaku agresif seperti direct aggression secara fisik dan verbal, indirect aggression
(malediction dan harm), displaced aggression dan self-direct aggression. Sementara itu, individu
dengan kecenderungan guilt berkorelasi positif dengan motif constructive dan berkorelasi negatif
dengan perilaku agresij.
Dari hasil penelitian diketahui dari alat ukur TOSCA-A yang diterjemahkan bahwa 15
item kecenderungan shame dan 15 item kecenderungan guilt seluruhnya valid dengan ni/ai
korelasi antara 0,326 sampai dengan O,685dan koefisien reliabilitas 0,790 untuk kecenderungan
shame dan 0,702 untuk kecenderungan guilt. Sedangkan dari hasil penelitian untuk skala perilaku
agresif sebanyak 64 item yang diuji cobakan terdapat 42 item yang vali dengan ni/ai korelasi
antara 0,302 sampai dengan 0,707 dengan koefisien reliabilitas 0,855. Sementara itu untuk motif
malevolent, fractious, dan constructive seluruhnya valid dengan ni/ai korelasi masing-masing dari
0,429-0,747, 0,682-0,853, dan 0,442-0,888. Koefisien reliabilitas dari motif malevolent adalah
0,707, fractious 0,682 dan constructive 0,775.
Berdasarkan hasi/ penelitian yang dilakukan pada 100 responden remaja dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan pengaruh yang signifikan antara kecenderungan
shame dengan motif malevolent dan fractious pada remaja. Motif malevolent memliki hubungan
positif dan pengaruh yang signifikan dengan perilaku agresif, sementara motif fractious memiliki
hubungan negatif dan pengaruh dengan perilaku agresij. Sementara itu terdapat hubungan positif
don pengaruh antara kecenderungan guilt dengan motif constructive pada remaja, akan tetapi
terdapat hubungan positif dengan peri/aku agresif dengan penaruh yang tidak signifikan.
No copy data
No other version available