PERSEPSI PERAWAT DAN DOKTER TERHADAP PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
Budaya keselamatan pasien dalarn pelayanan rumah sakit adalah hal yang
sangat mendasar. Permasalahan dalarn budaya keselarnatan pasien tercermin dari
masih tingginya angka insiden keselamatan pasien baik secara global maupun
nasional. Jumlah insiden keselarnatan pasien di Rumah Sakit Advent Bandung
yang dilaporkan tidak terlalu banyak. Namun berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa rnasih banyak insiden yang tidak dilaporkan oleh karena pekerja
merasa enggan dan takut mendapat konsekuensi. Didalam meningkatkan
keselarnatan pasien, hal pertarna yang harus dilakukan adalah transformasi budaya
karena budaya adalah dasar seseorang mernaknai, bersikap, berprilaku dan
bertindak. Sebagai tenaga kesehatan dengan jum lah terbesar, perawat dan dokter
rnernpunyai andil besar dalam meningkatkan budaya keselarnatan pasien di rumah
sakit, rnaka penting untuk mengkaj i persepsi perawat dan dokter tentang
penerapan budaya keselamatan pasien sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan
dalam melakukan perbaikan.
Penelitian descriptive comparative cross sectional design tentang persepsi
perawat dan dokter dilakukan kepada 185 responden dengan menggunakan
instrumen Hospital Survey of Patient Safety Culture (HSOPSC) yang terdiri dari
12 dimensi. Pengukuran persepsi terhadap masing rnasing dimensi dilakukan
untuk mengetahui dimensi rnana yang masih perlu ditingkatkan. Uji statistik
Mann Whitney digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi
antara perawat dan dokter, antara staf pelaksana dan supervisor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi perawat terhadap 12
dirnensi mempunyai nilai rata rata 69.7%. Ada 6 dimensi yang perlu ditingkatkan
yaitu respon tidak menghukum terhadap kesalahan (24.8%); staffing (56%);
harapan dan tindakan manajer dalarn meningkatkan keselamatan pasien (65%);
persepsi tentang keselarnatan pasien secara menyeluruh (66.5%); dukungan
manajemen rurnah sakit terhadap program keselarnatan pasien; overan dan
transisi; kerjasama tim antar unit (74.8%). Sementara pada profesi dokter
mernpunyai nilai rata rata 65.4% dimana 10 dimensi rnasih perlu ditingkatkan ,
yaitu: respon tidak rnenghukum terhadap kesalahan (43.3%); staffing (55%);
frekuensi pelaporan insiden (55%); umpan balik dan komunikasi tentang
kesalahan (55%), komunikasi terbuka (61.7%); harapan dan tindakan manajer
dalam rneningkatkan keselamatan pasien (62.5%); dukungan manajemen rumah
sakit terhadap program keselamatan pasien (66.7%); persepsi tentang
keselamatan pasien secara menyeluruh (68.3%); overan dan transisi (72.5%);
kerjasama tim antar unit (73.8%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara persepsi perawat dengan dokter. antara staf pelaksana
dengan supervisor.
No copy data
No other version available