PENINGKATAN KELARUTAN, DISOLUSI DAN KETERSEDIAAN HAYATI KALSIUM ATORVASTATIN DENGAN METODE KO-KRISTALISASI
Atorvastatin kalsium adalah . golongan obat yang berfungsi sebagai inhibitor
HMG-CoA reduktase, yaitu senyawa yang dapat menghambat konversi enzim
HMG-CoA reduktase menjadi mevalonat sehingga menghambat pembentukan
kolesterol. Atorvastatin kalsium tergo long ke dalam bahan aktif farmasi (BAF)
kelas dua berdasarkan Biopharmaceutics Classification System (BCS), yang
artinya bahwa BAF tersebut memiliki kelarutan yang rendah tetapi memiliki sifat
permeabilitas yang tinggi. Kelarutan obat yang rendah dapat mempengaruhi
ketersediaan hayati obat, karena tingkat kelarutan obat dalam saluran cema
merupakan faktor yang paling penting untuk tercapainya kadar obat optimum
dalam sistem sistemik tubuh. Kelarutan kalsium atorvastatin yang praktis tidak
larut dalam air menyebabkan laju disolusi menjadi faktor pembatas untuk laju
penyerapan obat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan, laju
disolusi dan ketersediaan hayati kalsium atorvastatin dengan menggunakan
metode ko-kristalisasi, solvent drop grinding dengan pemilihan koformemya
menggunakan cara in silico. Hasil kajian in silico menunjukkan interaksi
atorvastatin-aspartam menghasilkan energi ikatan yang paling kecil (E = -4,70
kkal/mol). Proses ko-kristalisasi kalsium atorvastatin-aspartam dibuat dengan
metode solvent drop grinding, kalsium atorvastatin dan koformer (aspartam)
masing-masing dengan ratio 1: 1 ekimolar selama grinding 15 menit sambil
ditambahkan sejumlah kecil metanol. Ko-kristal dikarakterisasi menggunakan
difraksi sinar-X, differential scanning calorimetry (DSC), spektroskopi
inframerah, mikroskop polarisasi, scanning microscope electron (SEM), hasilnya
memperlihatkan campuran antara kristal dan amorf. Hasil uji kelarutan dalam air
dari ko-kristal kalsium atorvastatin-aspartam meningkat sekitar 268,16% lebih
tinggi daripada kalsium atorvastatin muminya. Hasil dari uji disolusi terbanding
pada menit ke-30 dalam media air, dapar klorida pH 1,2; dapar asetat pH 4,5 dan
dapar fosfat pH 6,8 memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Pengujian
ketersediaan hayati dilakukan dari suspensi encer yang mengandung kalsium
atorvastatin, dan campuran antara kristal dan amorf kalsium atorvastatin
aspartam (setara dengan 20 mg kalsium atorvastatin) diberikan pada dua
kelompok tikus terdiri atas 6 ekor. Sampel darah masing-masing kelompok
pengujian diambil pada waktu 0; 0,5; 1; 2; 4; 5; 6; 7;8; dan 10 jam setelah
pemberian obat. Kadar kalsium atorvastatin dalam plasma dianalisis dengan
KCKT. Kemudian, dihitung AUC, t.maks dan c.maks. Hasil pengujian
ketersediaan hayati relatif campuran antara kristal dan amorfkalsium atorvastatin
aspartam (1 : 1) yang dibuat dengan metode solvent drop grinding dapat
meningkatkan ketersediaan hayati relatif hingga 150% lebih tinggi dibandingkan
dengan kalsium atorvastatin mumi.
No copy data
No other version available