KEMISKINAN DALAM TAYANGAN CHARITY REALITY SHOW DI INDONESIA
Media memiliki kekuatan untuk memindahkan realitas sosial ke dalam
sebuah teks, lalu mengubah citra realitas terse but. Realitas yang telah diubah
citranya itu lalu dikonstruksi kembali ke dalam reaIitas sosial yang baru di
masyarakat. Dalam kenyataannya memang tidak semua realitas sosial dapat
dikonstruksi oleh media. Salah satu alasannya adalah karena setiap individu
membawa subjektivitasnya masing-rnasing di dalam melihat realitas sosial.
Dengan begitu, makna yang diproduksi dan diterima setiap individu pelaku sosiaI
akan tergantung kepada pemahaman dirinya masing-rnasing terhadap suatu
realitas.
Jika demikian lalu bagaimana program televisi reality show menampilkan
kemiskinan sebagai acara hiburan yang harus mendatangkan profit. Aspek-aspek
apa saja dari kemiskinan yang ditonjolkan dalam teks tayangan reality show
tersebut? Bagaimana serta mengapa aspek -aspek terse but yang dimunculkan?
Peneliti juga ingin melihat bagaimana teks reality show terse but dimaknai oleh
khalayak. Bukan melihat efek dari tayangan reality show terhadap diri audiens,
melainkan ingin melihat bagaimana teks kemiskinan yang ditawarkan oleh reality
show tersebut diterima oleh audiens.
Penelitian dengan paradigma konstruktivis yang memiliki landasan
teoritis social construct of reality dan reception studies ini menghasilkan temuan
bahwa kemiskinan dalam charity reality show dikonstruksikan sebagai kondisi
kekurangan materi semata. Solusi kemiskinan adalah soIusi yang sifatnya instan,
dimana si miskin lebih banyak diberikan "ikan" bukannya "umpan".
Permasalahan kemiskinan dilihat sebagai permasalahan yang "out of sight, out of
mind. " Artinya, kemiskinan itu sudah hilang dari pandangan kita maka kita akan
dengan mudah melupakan kemiskinan terse but.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa realitas kemiskinan yang
dikonstruksi charity reality show merupakan konsepsi dari realitas yang terbentuk
oleh faktor-faktor dominan yang saling berinteraksi seperti agama (Islam),
budaya, dan kapitalisme. Reality show bertema kemiskinan dan perilaku prososial
merupakan himpunan berbagai kekuatan yang dapat memengaruhi isi, bentuk, dan
arah reality show.
Subyektivitas pada individu khalayak juga membentuk bagaimana teks
kemiskinan dimaknai. Ternyata konsep kemiskinan yang ditawarkan oleh charity
reality show tidak sepenuhnya dimaknai secara sama oIeh individu khalayak
(oposisi). Faktor yang membentuk perbedaan makna kemiskinan dan perilaku
prososial itu adalah pengalaman hidup dan pendidikan dari keluarga.
No copy data
No other version available