PERGESERAN PRANATA PENYANTUNAN LANSIA DARI KELUARGA LUAS KE PANTI WERDHA PADA MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT : Studi Kasus PSTW Sabai Nan Aluih dan PSTW Kasih Sayang Ibu
Pergeseran pranata penyantunan lansia dari keluarga luas ke panti werdha
pada masyarakat Minangkabau di Sumatera Baiat mendorong timbulnya
pertanyaan mengapa perubahan itu bisa terjadi dalam masyarakat Minangkabau
yang secara teoritis memiliki pranata sosial yang lengkap untuk menyantuni.
Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Sabai Nan Aluih, Sicincin dan
Panti Werdha Kasih Sayang Ibu, Batusangkar dengan menggunakan pendekatan
kombinasi, kuantitatif dan kualitatif Setelah penelitian kuantitatif di panti werda
dilakukan, dilanjutkan dengan melakukan penelitian kualitatif di sembilan
keluarga lansia terpilih yang tersebar di sembilan lokasi berbeda di wilayah
Propinsi Sumatera Barat. Fokus penelitian adalah pergeseran pranata penyantunan
dari keluarga ke panti werdha berkaitan dengan penyebab lansia disantuni dan
perubahan sosial yang terjadi di keluarga luasnya.
Hasil penelitian menunjukkan penyebab lansia disantuni di panti werdha
beragam dan tidak tunggal. Ada yang merupakan konsekuensi terjadinya
perubahan sosial dalam keluarga seperti diminatinya hidup dalam keluarga inti,
melemahnya peran dan fungsi harta pusaka, kurang berperannya penghulu kaum
serta terjadinya konflik keluarga. Ada pula disebabkan konsekuensi dari perilaku
buruk di masa lalu seperti perilaku suka kawin cerai dan perilaku kurang memberi
perhatian terhadap keluarga hills di masa muda. Penelitian ini mengungkapkan
tidak terdapat perbedaan penyebab yang signifikan antara lansia Iaki-laki dan
lansia perempuan. Panti sebagai lembaga yang menyediakan model penyantunan
altematif juga berperan menarik minat lansia untuk mendapatkan penyantunan.
Ketiga hal itu, yaitu: individu lansia, perubahan dalam keluarga luas dan
keberadaan panti werdha, saling memiliki kaitan sehingga diminatinya praktik
penyantunan lansia di panti werdha.
No copy data
No other version available